Ia mengatakan bahwa kunci seorang pemimpin adalah ketika keadaan darurat ia akan hadir.
“ bisakah membuat solusi untuk kesehatan warganya. Kalau suatu wilayah merah, rasanya dia gagal, tapi pemilih didaerah masih pemilih tradisional karena cara berfikirnya tidak rasional tapi lebih menggunakan perasaan. Beda dengan di kota pemilihnya sudah rasional, penantang punya kans besar disitu,” pukasnya.
Ia menambahkan dari 7 kabupaten kota di Sumsel yang menggelar pilkada belum ada pertahanan yang berhasil mengatasi covid di wilayahnya.
Hal ini potensi yang besar bagi penantang untuk mengalahkan petahana, namun harus kerja keras dan membutuhkan biaya besar.
Baca Juga: Gubernur Sumsel: IKM, UKM, dan Koperasi Mampu Bertahan di Tengah Krisis Ekonomi