Palembang, Sonora.ID - Kondisi perpolitikan di tengah pandemic saat ini masih terlihat adem. Pengamat Politik dari Unsri DR.Dr.Ardiyan Saptawan M.Si kepada Sonora (12/08/2020) mengatakan bahwa saat ini calon peserta pilkada masih melihat- lihat situasi, karena kondisi lebih berat, karena bukan hanya kepada rival saja tapi juga kepada kondisi.
“Masyarakat yang sudah ditetapkan dalam dapat, belum tentu menjadi angka yang tepat. Permasalahannya bukan hanya tidak akurat, tapi juga yang tepat belum tentu akan datang karena masalah kesehatan, sehingga perhitunganya agak sulit dalam mengelompokkan berapa jumlah basis massa mereka,” ujarnya.
Ia menambahkan saat ini memang belum memasuki tahapan pendaftaran peserta calon kepala daerah namun sejauh ini belum terlihat calon calon yang berniat maju, hanya petahana saja yang terlihat.
Baca Juga: Gubernur Sumsel: IKM, UKM, dan Koperasi Mampu Bertahan di Tengah Krisis Ekonomi
“Karena persoalan yang agak berat yaitu banyak perhitungan yang tidak terduga. Missal biaya yang dikeluarkan tidak menjamin mendapatkan suara tertentu. Yang kedua posisi petahana yang lebih kuat, sehingga harus lebih keras lagi dan cost yang besar bagi penantang,” imbuhnya.
Ia mengatakan bahwa politik yang sehat harus dibarengi kondisi yang sehat.
Pemimpin legal bisa saja di dapatkan sesuai aturan tapi belum tentu mendapatkan dukungan penuh atau legitimasi.
Sebab bila pemilu kurang dari 30% yang hadir partisipasinya bisa menjadi tanda tanya legitimasinya, akan berpengaruh pada program pembangunan.
“Contoh bila yang terpilih hanya 33%, masyarakat acuh tak acuh karena pilihan mereka, yang tidak memilih lebih banyak dari pemilihnya, meskipun dia menang, sehingga pembangunan agak lamban,” pukasnya.
Ia mengatakan bahwa kunci seorang pemimpin adalah ketika keadaan darurat ia akan hadir.
“ bisakah membuat solusi untuk kesehatan warganya. Kalau suatu wilayah merah, rasanya dia gagal, tapi pemilih didaerah masih pemilih tradisional karena cara berfikirnya tidak rasional tapi lebih menggunakan perasaan. Beda dengan di kota pemilihnya sudah rasional, penantang punya kans besar disitu,” pukasnya.
Ia menambahkan dari 7 kabupaten kota di Sumsel yang menggelar pilkada belum ada pertahanan yang berhasil mengatasi covid di wilayahnya.
Hal ini potensi yang besar bagi penantang untuk mengalahkan petahana, namun harus kerja keras dan membutuhkan biaya besar.
Baca Juga: Gubernur Sumsel: IKM, UKM, dan Koperasi Mampu Bertahan di Tengah Krisis Ekonomi