Sonora.ID - Belakangan ini viral sebuah video yang memperlihatkan sekotak penuh uang logam yang telah dihitung.
Ternyata uang tersebut akan digunakan untuk membayar uang kuliah. Mahasiswa yang diketahui bernama Saeful Matgasana tersebut membawa uang sebanyak RP. 3,5 juta dalam bentuk uang koin.
Dirinya membawa sekerdus uang logam pecahan Rp 1000, yang akan digunakan untuk membayar UKT.
Kisah ini pun langsung viral dimedia sosial Twitter, salah satu akun yang membahas mengenai perjuangannya adalah akun @hewanberbicara.
Baca Juga: Bukan Pertama Kali, Ini Deretan Uang 'Edisi Khusus' Yang Pernah Dilouncing BI Untuk NKRI
Pada akun tersebut Saeful diketahui harus mengumpulkan uang dan sampai harus memecahkan celengannya.
Uang seberat 17,1 kilogram tersebut pun dibawanya ke Bank, namun sayangnya teller yang sedang bertugas saat itu menolak uang Saeful.
Mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) itu menuturkan dari mana asal muasal uang logam seberat 17, 1 kilogram tersebut.
Ternyata uang tersebut merupakan tabungan dari sang ayah, ibu hingga Saeful.
Mereka terpaksa mengunakan tabungannya karena orangtuanya terdampak Covid-19 secara ekonomi.
Baca Juga: Ramai di Media Sosial, Petisi ‘Bebaskan Jerinx’ Ditandatangai Lebih dari 91.000 Orang
Ibunya seorang penjual gorengan di sekolah, sedangkan sekolah ditutup saat pandemi Covid-19 ini.
Ayahnya merupakan montir sepeda motor yang melayani jasa tambal ban. Karena pendapatan menurun, keluarga yang tinggal di Cisoka, Kabupaten Tangerang itu memutuskan untuk membongkar celengan logam mereka.
"Akhirnya ada tabungan dibukalah itu, hari Rabu kalau enggak salah," ujar Saeful melalui sambungan telepon, Sabtu (15/8/2020).
"Besoknya berangkat lah saya minta tolong sama temen buat megangin, berat soalnya 17,5 kilo. Teman juga kaget, eh ini duit. Kalau naik angkot pegal bawa duitnya. Akhirnya pakai motor dia berangkat," ujarnya.
Dari Cisoka, Saeful membayar biaya kuliahnya ke bank yang ada di Balaraja, Kabupaten Tangerang.
Baca Juga: Bimbing Anak, Seorang Ibu Kaget Temukan Konten Pornografi di Situs Belajar Online
Apesnya, bank pertama yang didatangi mengaku sistemnya sedang eror, padahal Saeful sudah sempat mengantre.
"Jam 09.30 WIB, sampai lah ke BNI, BNI sudah ngantre, ternyata embak-embaknya bilang eror," ujarnya sambil tertawa.
Tidak kalah apes, pada bank kedua yang disambangi, Saeful malah ditolak teller bank dengan alasan tidak ada alat penghitung uang logam.
Baca Juga: Finalisasi Insentif Rp 600.000 Per Bulan Bagi Karyawan Non-PNS dan BUMN Akan Rampung Pekan Depan
"Nyobalah di Mandiri, sudah ngisi kertas gitulah, ngantre, sudah dimasukin datanya sama embak-embaknya. Saya nanya boleh enggak bayarnya pakai uang receh. Mungkin yang dia maksud seribuan dua ribuan kali ya, katanya boleh."
"Pas sudah maju sampai depan teller, mana mas duitnya, saya panggil teman saya. Pas dilihat satu kardus, dia kaget, wah recehan," ujarnya.
Karena uang logamnya tidak diterima, Saeful dan temannya akhirnya menukarkan recehan itu ke minimarket.
Bukan satu, tapi lima minimarket berbeda.
"Enggak satu alfamart, ada yang nerima Rp 500 ribu, ada yang nerima Rp 1 juta, ada yang Rp 1,5 juta," ujar sulung dari tiga bersaudara itu.
Uang logam sudah ditukar menjadi uang kertas pecahan Rp 100 ribu, Saeful dan temannya kembali ke bank.
Bak sudah jatuh tertimpa tangga, Saeful mendapati pintu bank sudah tertutup.
Baca Juga: Puluhan Tahun Berkarir di Dunia Kuliner, Sisca Soewitomo Kini 'Gantung Panci'
Ia pun terpaksa kembali pulang ke rumah dengan uang tetap di tangan walaupun suah berubah dari logam menjadi uang kertas.
Setidaknya Saeful bersyukur karena ia baru mengetahui bahwa tenggat pembayaran uang semester limanya diundur sampai 21 Agustus 2020 dari yang sebelumnya 14 Agustus 2020.
"Pas saya pulang malamnya ada pemberitahuan diperpanjang sampe tanggal 21," ujarnya.
Baca Juga: Tak Terima Ditegur Karena Telfonan di Pesawat, Anak Amien Rais Ini Malah Ajak Ribut Wakil Ketua KPK!