Bandung, Sonora.ID - Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika dari Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dr. Ismail, MT mengatakan, sejak 2015 Indonesia membutuhkan 600.000 talenta digital setiap tahunnya. Itu artinya, hingga 2030 Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital.
“Itu penelitian World Bank tahun 2016. Betapa besar kebutuhan talenta digital di Indonesia,” ujar Ismail saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Series #6: Arah dan Strategi Digital Transformation di Indonesia, SBM ITB, Sabtu (22/8/2020) akhir pekan lalu.
Ismail mengungkapkan, besarnya kebutuhan SDM ini membutuhkan peran perguruan tinggi seperti SBM ITB untuk membangun anak muda yang bisa memanfaatkan ruang digital ini. Dari awalnya start up hingga menjadi unicorn.
Baca Juga: Tangkal Paham Radikalisme, FKTP Kalsel Gelar Survei Kebhinekaan
"Kompetensi yang dibangun harus terintegrasi, antara kemampuan teknis, hard skill, dan soft skill. Misal seorang ahli IT tidak cukup hanya menguasai IT. Tapi dia juga harus mampu membahas masalah ekonomi, ahli statistik, dan tentunya memanfaatkan data. Ini tantangan luar biasa. Bagaimana kampus membangun SDM berbasis kompetensi abilities, basic skills dan cross function skills, bukan hanya kompetensi jurusannya saja. Kita memang tidak bisa jadi superman tapi kita harus memiliki mindset digital,” tambahnya.
SDM yang mumpuni ini nantinya mampu mendorong UMKM lebih go digital. Sebab saat ini UMKM menopang 65 persen perekonomian nasional. Bahkan UMKM inilah salah satu kekuatan yang bisa membuat Indonesia tidak masuk ke jurang resesi.
Baca Juga: Perpusnas Tegaskan bahwa Keluarga Harus Jadi Motor Gerakan Literasi
Pada transformasi digital ini, setidaknya ada lima yang ditekankan Presiden Joko Widodo. Yakni pertama, perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
Kedua, roadmap transformasi digital di sektor strategis: pemerintahan, pelayanan publik, bantuan sosial, pendidikan, kesehatan, perdagangan, industri, penyiaran. Ketiga, integrasi pusat data nasional.
Keempat, menyiapkan kebutuhan talenta digital. Terakhir, penyiapan regulasi dan pendanaan terkait transformasi digital.
Sementara itu, Kepala Badan Pengembangan SDM Industri Kementerian Perindustrian, Eko Suseno Agung Cahyanto mengungkapkan, peningkatan kualitas SDM menjadi krusial dalam mengakselerasi implementasi ‘Making Indonesia 4.0’ melalui pusat inovasi digital dan pengembangan SDM industri 4.0.
Baca Juga: Pentingnya Sosok Indra Lesmana dalam Karir Bermusik Eva Celia
“Meningkatkan kualitas SDM menjadi 10 strategi prioritas nasional untuk ‘Making indonesia 4.0’,” kata Agung.
Dalam webinar ini, CTO/CIO Telkom Group, Herlan Wijanarko mengupas tentang penggunaan internet di Indonesia yang terus meningkat apalagi setelah ada pandemi Covid-19.
Pengguna internet pada Juni 2020 menempatkan Indonesia di posisi ketiga di Asia setelah China dan India dengan 171,2 juta pegguna. Melihat tingginya pengguna internet dan perubahan yang serba cepat, tidak ada pilihan lain selain mengadopsi perubahan ini.
Baca Juga: Disbudpar Kota Bandung Rekomendasikan 45 Tempat Hiburan Beroperasi Kembali
"Ada beberapa masukan dalam memulai transformasi digital yakni digital business models, karena cara mendapatkan uangnya berubah. Kemudian direct costumer, digital operating models, serta digital talent and skills," ucapnya.
Sementara Deputy Presiden Director BCA, Armand Wahyudi Hartono menggambarkan bagaimana teknologi membuat perusahaannya bertumbuh pesat.
Pada tahu 1997, BCA memiliki 25.000 pegawai dengan 4 juta nasabah. Saat ini, dengan jumlah pegawai yang sama jumlah nasabah BCA mencapai 20 juta orang.
Baca Juga: Mulai Hari Ini, KA Mutiara Selatan Menambah Jumlah Perjalanan
“Terjadi penambahan produktivitas karena otomatisasi, contohnya dari dulu dikerjakan 800 orang kini menjadi 80 orang,” kata Armand.
Wakil Dekan Bidang Akademik SBM ITB, Prof Dr Aurik Gustomo mengungkapkan, era digital adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Pada tahun 2000an perbankan mulai re-enginering dengan digital banking.
“Kemudian terjadi hal luar biasa, kita dihadapkan dengan pandemi yang luar biasa. Ini jadi big momentum yang memaksa siapapun baik bisnis maupun prosesnya bergeser secara luar biasa ke arah digital,” pungkasnya.
Baca Juga: Pasar Tradisional di Bandung Mulai Ramai Pengunjung, Protokol Kesehatan Tetap Ketat