Palembang, Sonora.ID - Dalam rangka mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan gambut di Sumatera Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Palembang terus melakukan usaha-usaha pencegahan.
Benni Yusnandarsyah, ST, MSc, Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan & Pemeliharaan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan dalam talkshow melalui media daring (28/8/2020) kepada Sonora mengatakan bahwa persiapan dilakukan sejak awal maret 2020, antara lain dengan menetapkan satgas kebakaran serta melakukan pemeliharaan sekat kanal dan sumur bor.
“Satgas kita ada satgas darat, udara dan gabungan. Mereka bergerak secara simultan, di Sumsel ada helicopter yang melakukan patroli. Ketika ada api satgas darat akan bergerak ke lokasi titik api, satgas udara akan melakukan water bombing,” ujarnya.
Baca Juga: Antisipasi Karhutla, Kapolda Kalimantan Selatan Terbitkan Maklumat
Ia menambahkan bahwa dalam hal pemeliharaan sekat kanal dan sumur bor, pihaknya meminta bantuan kepada masyarakat terdekat, sementara pembangunan sekat kanal sejauh ini sudah berjumlah 768 sekat kanal.
“Wilayah kerja BRG Sumsel ada di 5 kabupaten, titik api yang terbesar saat ini ada di Muba, Muaraenim, OKI dan Banyuasin. Saat ini kebakaran masih dilahan pertanian, hujan masih turun, tahun ini asap belum sampai Palembang, karena kemarau basah. 7 hari kering, lalu turun hujan,” imbuhnya.
Sumur biasa saat ini berjumlah 200 unit, rencananya akan dibangun 8 sumur bor di OKI, total ada 208 sumur bor. Untuk pompa ampung saat ini berjumlah 5 unit dan akan ditambah 7 unit lagi.
Baca Juga: Kunker ke Polres Landak, Kapolda Kalbar Tekan Kesiapan Hadapi Karhutla hingga Pilkada 2020
“ Kita siap untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan gambut tahun ini, dulu patroli kalau ada hot spot, sekarang tiap hari pagi dan siang. Palembang aman tidak diselumuti asap,” ujarnya lagi.
Sementara itu Amelia Rima Pamudyanti Tenaga Teknis Deputi Bidang Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan BRG mengatakan bahwa ada dua peran besar BRG antara lain penanggulangan, pembasahan dan pencegahan.
“Ada 4 indikasi awal, pertama pastikan dulu wilayah tersebut target restorasi atau tidak, misal di OKI banyak lahan gambut, tapi ada yang wilayah perusahaan, itu tanggung jawab perusahaan. Kedua menghimpun data curah hujan, jika ada 7 hari tidak turun, maka kita lakukan pembasahan. Ketiga hotspotnya seperti apa ?, kita pantau dari citra satelit, bila sudah 80% , kita masuk. Keempat jika tinggi air lahan gambut kurang dari 40 cm akan jadi prioritas,” ujarnya.
Baca Juga: Upaya Pemerintah dan BRG (Badan Restorasi Gambut) Mencegah Karhutla & Gambut
Ia menambahkan masyarakat menjadi garda terdepan terutama dalam hal pembasahan lahan gambut, masyarakat merupakan perpanjangan tangan BRG dalam melakuan pembasahan.
“Bila ada sumur bor yang tertutup semak, maka itu menjadi tanggung jawab masyarakat tersebut. Masyarakat harus berperan aktif dalam pemeliharaan berkala,” imbuhnya.
Kendala yang dihadapi lebih kepada jalan akses, karena sulitnya medan, apalagi harus membawa peralatan. Pelaporan dari masyarakat juga terkendala sinyal jauh dari desa.
“Disiasati dengan memelihara sumur bor agar tidak ditumbuhi semak belukar, pelaporan menggunakan handy talky, masyarakat juga menginfokan lewat WA dan sebagainya,” pukasnya.
Feri Dedi, Ketua Umum Kelompok Masyarakat (Pokmas) Spucuk mengatakan bahwa pihakanya ikut memonitoring wilayah-wilayah yang rawan dan melakukan pembasahan, membuat blocking serta embung.
“Kita siap siaga, sampai saat ini belum ada kendala, kita berpatroli sejak 2016. Alhamdulliah keluarga mendukung penuh,” ujarnya.
Baca Juga: BNPB Mendatangkan Chinook dan Black Hawk Tangani Karhutla