“Kami di pedalaman, 35 GB untuk apa? Bahkan di sini enggak ada listrik. Itu banyak guru-guru yang menyatakan bahwa yang dibutuhkan saat ini justru dukungan untuk pembelajaran luring,” ungkapnya menjabarkan.
Retno juga menyatakan bahwa seharusnya pemerintah memiliki pemetaan bahwa angka Rp 7,2 triliun yang besar sekali tersebut, lalu bagaimana jika 35 GB itu masuk ke gawai anak-anak dan digunakan bukan untuk proses pembelajaran?
“Anak-anak kita punya peluang untuk digunakan main game,” sambungnya.
Retno menyatakan bahwa permasalahan yang dilaporkan kepada pemerintah tak hanya tentang kuota, tetapi juga tentang sinyal dan tak punya gawai.
Untuk daerah yang sinyalnya lemah, Retno berharap pemerintah melakukan penguatan sinyal di daerah tersebut.
“Mestinya menyediakan alat penguatan sinyal di wilayah-wilayah yang sulit sinyal. Karena banyak anak-anak yang harus naik ke bukit untuk dapat sinyal,” tegasnya.
Di luar permasalahan itu semua, banyak daerah juga yang memang harus melakukan pembelajaran secara luring atau tatap muka, karena tidak punya gawai atau televisi.
“Jadi, pemetaan itu penting,” ungkapnya.
Baca Juga: Wisata Gunung Bromo Mulai Dibuka Hari Ini, Gubernur Khofifah: Terapkan Sistem Kuota