Sonora.ID - Sektor pendidikan menjadi salah satu sektor yang terdampak dengan adanya pandemi virus corona ini, bahkan sejak Maret 2020 yang lalu, seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan dari rumah.
Berbagai tantangan pun dihadapi oleh sekolah dan siswa, khususnya bagi mereka yang ada di pedalaman, yang bahkan tidak ada listrik dan gawai.
Namun, pemerintah pun melakukan berbagai upaya untuk mengusahakan sektor pendidikan tetap bisa berjalan di masa pandemi ini.
Baca Juga: 1.000 Anak Yatim di Tabalong Terima Masker dan Internet Gratis
Saat ini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyiapkan anggaran Rp 7,2 triliun untuk memberikan kuota 35 GB bagi siswa dan guru,
Padahal, berdasarkan keterangan dari Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Retno Listyarti, masih banyak siswa dan guru di daerah yang bahkan tidak memiliki gawai.
Sehingga dapat dipastikan bahwa bantuan kuota dengan anggaran sebesar itu pun tidak bisa dinikmati oleh mereka.
Baca Juga: Nurdin Abdullah Sebut Pembelajaran Daring Butuh Infrastruktur Jaringan
“Kami di pedalaman, 35 GB untuk apa? Bahkan di sini enggak ada listrik. Itu banyak guru-guru yang menyatakan bahwa yang dibutuhkan saat ini justru dukungan untuk pembelajaran luring,” ungkapnya menjabarkan.
Retno juga menyatakan bahwa seharusnya pemerintah memiliki pemetaan bahwa angka Rp 7,2 triliun yang besar sekali tersebut, lalu bagaimana jika 35 GB itu masuk ke gawai anak-anak dan digunakan bukan untuk proses pembelajaran?
“Anak-anak kita punya peluang untuk digunakan main game,” sambungnya.
Retno menyatakan bahwa permasalahan yang dilaporkan kepada pemerintah tak hanya tentang kuota, tetapi juga tentang sinyal dan tak punya gawai.
Untuk daerah yang sinyalnya lemah, Retno berharap pemerintah melakukan penguatan sinyal di daerah tersebut.
“Mestinya menyediakan alat penguatan sinyal di wilayah-wilayah yang sulit sinyal. Karena banyak anak-anak yang harus naik ke bukit untuk dapat sinyal,” tegasnya.
Di luar permasalahan itu semua, banyak daerah juga yang memang harus melakukan pembelajaran secara luring atau tatap muka, karena tidak punya gawai atau televisi.
“Jadi, pemetaan itu penting,” ungkapnya.
Baca Juga: Wisata Gunung Bromo Mulai Dibuka Hari Ini, Gubernur Khofifah: Terapkan Sistem Kuota