"Treatmennya tidak ada bedanya dengan pasien yang lain. Bahkan hingga hari ini kami terus melakukan tes swab kepada para guru-guru,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Feny mengungkapkan, salah satu strategi agar pasien yang terpapar dapat lekas pulih, yakni dengan cara masif melakukan deteksi dini. Dari situlah saat diketahui hasilnya kemudian Dinkes langsung bergerak cepat untuk melakukan penanganan.
“Kenapa harus dilakukan pemeriksaan masif? Karena kita harus menemukan dari awal deteksi, begitu mengetahuinya langsung kita terapi. Ini salah satu cara kita, agar pasien banyak yang sembuh,” urainya.
Baca Juga: Pemkot Surabaya Gencarkan Tes Swab Guru, 393 Positif Covid-19
Di kesempatan yang sama, Feny juga memaparkan, bagi para guru yang memiliki komorbid (penyakit penyerta) maka diwajibkan untuk ekstra menjaga kondisinya agar tidak kambuh. Misalnya, penyakit diabetes harus tetap mengkonsumsi obat-obat yang dianjurkan agar diabetesnya tetap terkendali.
“Jadi seperti diabetes itu tidak mungkin sembuh. Tetapi dia bisa terkendali,” katanya.
Bahkan, Feny mengimbau kepada para guru agar memperketat dalam menjaga protokol. Terutama menjaga jarak, mengenakan masker dan rajin cuci tangan, olahraga rutin, mengkonsumsi makanan sehat dan berjemur sebelum pukul 09.00 WIB. Jika nantinya, para guru datang ke sekolah maka dilarang untuk makan bersama-sama tanpa memperhatikan jarak.
Baca Juga: Ramah Lingkungan, Pemkot Surabaya Siapkan Layanan Bike Sharing 'Gowes'
“Apalagi ngobrol tanpa mengenakan masker. Jangan sampai itu terjadi karena kita tidak tahu virus itu ada dimana,” katanya.
Di samping itu, Feny mengungkapkan, hingga kemarin, Rabu (03/09) jumlah pasien kumulatif yang dinyatakan sembuh mencapai 9.989 orang. Angka itu merupakan bagian dari jumlah kumulatif pasien konfirmasi sebanyak 12.436 orang.
“Untuk yang dalam perawatan yakni 1.501 terdiri dari rawat jalan 692 orang, rawat inap rumah sakit 569 orang, Hotel Asrama Haji 163 orang dan RS lapangan 77 kasus,” pungkasnya.