Lebih lanjut Deddy mengatakan, secara aspek fundamental harga emas diprediksi akan terjaga di level USD 1.900/troy ons namun apabila ternyata melaju menembus resisten I di level USD 1.980/ troy ons, maka kemungkinan untuk kembali ke posisi USD 2.000 per troy ons sangat besar.
"Adanya harapan baru pemulihan ekonomi di Amerika Serikat dan optimisme penemuan vaksin untuk Covid-19 membuat harga emas perlahan terkoreksi," tambah Deddy.
Tercatat pada tanggal 10 Agustus 2020, harga emas mulai meninggalkan rekor tertingginya. Harga logam mulia ini bahkan pernah anjlok 16 persen ke level USD 1.862 troy ons, dan kini stabil di posisi sekitar USD 1.900/troy ons.
Baca Juga: Catat Rekor Tertinggi! Harga Emas Antam Per Gramnya Capai Rp 1 Juta
"Masyarakat cukup tertarik dari peluang ketika emas naik, tapi juga saat emas mengalami koreksi yang dinamis. Jadi, untuk investasi perdagangan berjangka komoditi, nasabah bisa mendapatkan peluang profit sekaligus mengalami risiko saat aksi buy dan sell,” terangnya.
Diakhir Deddy mengatakan, jika dibandingkan jenis investasi lainnya sekarang, investasi kontrak emas berjangka lebih menarik karena sifatnya yang safe haven, artinya memiliki nilai yang stabil ditengah ketidakpastian ekonomi yang diakibatkan berbagai faktor.