Sonora.ID - Sebanyak 450 tenaga kerja asing saat ini secara legal telah masuk ke kawasan Indonesia dan terdaftar sebagai pekerja resmi di Bintan, Kepulauan Riau.
Kabarnya para tenaga kerja asing tersebut telah dikontrak selama 6 bulan lamanya.
Padahal belum lama ini sebanyak 325 TKA asing asal China juga telah memasuki wilayah Bintan, Kepri.
Para tenaga kerja asing (TKA) tersebut didatangkan dari China untuk kebutuhan pembangunan konstruksi PLTU dan smelter dari PT Bintan Alumina Indonesia (BAI).
Baca Juga: BPJS Kesehatan Apresiasi Kinerja PMI DIY dalam Penanganan Covid-19
"Pada Sabtu (5/9/2020) ada lagi 145 pekerja dari China masuk ke perusahaan kami sehingga menjadi sekitar 450 orang. Sama seperti pekerja asing lainnya, mereka menaati protokol kesehatan," kata Direktur Utama PT BAI, Santoni di Bintan dilansir dari Antara via Kompas.com, Senin (7/9/2020).
Diungkapan Santoni, kondisi sekarang jauh lebih kondusif dibanding sebelumnya ketika tenaga kerja asal China bekerja di lokasi PT BAI.
Para pekerja asal China itu memiliki keahlian di berbagai bidang untuk membangun PLTU dan smelter di Galang Batang.
Baca Juga: Masa Pendaftaran Pilwalkot Semarang Diperpanjang hingga 12 September
Pembangunan PLTU di lokasi perusahaan ditargetkan selesai pada November 2020, sedangkan pembangunan smelter pada Januari 2021 sudah beroperasi.
"Tanpa pekerja dari China tersebut, proses pembangunan terganggu," ucap Santoni.
Santoni menegaskan pekerja lokal diprioritaskan untuk bekerja di-PT BAI. Saat ini sekitar 3 ribu pekerja dari Bintan dan daerah lainnya di Indonesia bekerja di perusahaan tersebut.
Komitmen untuk mengutamakan warga Bintan bekerja di-PT BAI juga dituangkan dalam nota kesepakatan dengan Bupati Bintan Apri Sujadi.
"Paling banyak warga Bintan yang bekerja di perusahaan kami," ucap dia. Santoni menegaskan perusahaan yang dipimpinnya tetap menaati ketentuan yang berlaku dalam menjalankan kegiatan, termasuk mempekerjakan warga asing.
"Kami tidak mungkin main-main karena perusahaan ini menanamkan modal di Bintan sebesar Rp20 triliun. Jadi kami taati aturan agar seluruh kegiatan berjalan lancar," kata Santoni.
Baca Juga: Kolaborasi dan Inovasi Jadi Kunci UMKM Tetap Survive di Tengah Pandemi