Profil Jakob Oetama, Pendiri Kompas Gramedia yang Meninggal di Usia 88 Tahun

9 September 2020 13:56 WIB
Jakob Oetama Meninggal Dunia, Ini Profil perjalannya
Jakob Oetama Meninggal Dunia, Ini Profil perjalannya ( Kompas.com)

Saat belajar sejarah, minat Jakob dalam menulis mulai berkembang.

Kecintaanya terhadap dunia jurnalistik semakin tinggi saat ia mendapat pekerjaan sebagai sekretaris redaksi mingguan Penabur di Jakarta dan memutuskan berhenti mengajar pada 1956. 

Saat itu, Jakob sempat direkomendasikan untuk menempuh pendidikan di University of Columbia, Amerika Serikat oleh salah satu guru sejarahnya ketika bersekolah di B-1 Sejarah yang juga seorang pastor Belanda, Van den Berg, SJ.

Nantinya, ia akan memperoleh gelar PhD dana kan menjadi sejarawan atau dosen sejarah.

Ia juga diterima sebagai dosen di di Universitas Parahyangan (Unpar), Bandung, dan disiapkan rumah dinas bagi keluarganya serta Unpar pun telah menyiapkan rekomendasi PhD di Universitas Leuven, Belgia jika Jakob mengajar beberapa tahun disana.

Baca Juga: Koma Selama 6 Hari, Korban Tabrak Lari di Makassar Meninggal Dunia

Jakob pun merasa bimbang apakah harus melanjutkan cita-citanya menjadi guru atau wartawan profesional.

Kemudian, Jakob menemui Pastor JW Oudejans OFM, pemimpin umum di mingguan Penabur. 

Oudejans.

Saat itulah Oudejans menasihatinya bahwa guru sudah banyak namun wartawan tidak.

Dengan percaya diri, akhirnya ia memustukan untuk fokus menggeluti dunia jurnalistik.

Pada April 1961, PK Ojong mengajak Jakob untuk mendirikan sebuah majalah. 

Majalah tersebut diberi nama Intisari mengenai perkembangan dunia ilmu pengetahuan.

Majalah Intisari didirikan Jakob bersama rekannya PK Ojong Bersama J. Adisubrata dan Irawati SH.

Baca Juga: Kabar Duka, Eks Pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl Meninggal Dunia

Intisari pertama kali terbit pada 17 Agustus 1963 dan memiliki tujuan untuk memberi bacaan bermutu dan membuka cakrawala masyarakat Indonesia.

Dalam penerbitannya, Intisari juga melibatkan banyak ahli di antaranya adalah ahli ekonomi Prof. Widjojo Nitisastro, penulis masalah-masalah ekonomi terkenal seperti Drs. Sanjoto Sasstromohardjo, dan sejarawan muda Nugroho Notosusanto.

Berkat pergaulan PK Ojong yang sangat luaslah Intisari berhasil terbit.

Saat itu Intisari mendapatkan respon yang baik dari para pembaca hingga beroplah 11.000 eksemplar.

Baca Juga: Kabar Duka, Eks Pelatih Timnas Indonesia Alfred Riedl Meninggal Dunia

Saat itu, berdirinya Intisari dirasa kurang cukup. Sehingga pada tahun 1965 Jakob bersama PK Ojong mendirikan Surat Kabar Kompas.

Kala itu Indonesia sedang berada pada masa pemberontakan PKI.

Kemudian didirikanlah Surat Kabar Kompas yang dimaksudkan untuk menjadi pilihan alternatif dari banyaknya media partisan yang terbentuk dari kondisi politik Indonesia pasca Pemilu 1995. 

Nama Kompas diberikan langsung oleh Presiden Soekarno yang berarti penunjuk arah.

Baca Juga: Happy Hypoxia, Gejala Baru Covid-19 Menelan 3 Korban di Jateng

Sebelumnya dipilih ‘Bentara Rakyat’ yang berarti koran itu ditujukan untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat rakyat. 

Moto yang dipilih pun “Amanat Penderitaan Rakyat”.

Namun Presiden Soekarno saat itu kurang setuju dan mengusulkan nama “Kompas”.

Kemudian dari perkembangan Kompas inilah berdiri kelompok usaha Kompas Gramedia lainnya.

 Baca Juga: Kecelakaan Maut di Sultan Agung Semarang, 1 Orang Meninggal Dunia

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm