Manado, Sonora.ID - Berbagai cara dilakukan agar bisa bertahan hidup di masa pandemi Covid-19, seperti halnya yang dilakukan oleh warga bolaang mongondow, yakni dengan memanfaatkan limbah daun nanas yang sudah tidak terpakai menjadi benang dan bernilai Rupiah.
Daun nanas yang sudah tak terpakai oleh petani nanas tidak langsung dibuang, namun dimanfaatkan untuk diambil seratnya sebagai bahan dasar pembuatan benang untuk dijadikan kain.
Proses ekstraksi atau pembuatan serat daun nanas dilakukan dengan cara manual, daun nanas tua diambil, kemudian daun nanas dalam keadaan segar dikerok mengunakan mesin untuk menghasilkan serat, selanjutnya dicuci dan dijemur hingga kering.
Baca Juga: PHRI Sumsel Ajak Masyarakat Manfaatkan Program Staycation Palembang Bae 2020
Pada proses inilah kemudian serat yang sudah berubah menjadi benang dipisahkan dan disambung sambung, selanjutnya ditenun menjadi kain, dengan mengunakan alat tenun, oleh para ibu yang dikerjakan secara berkelompok.
“Ide membuat daun nanas menjadi benang, timbul karena perihatin kepada para petani nanas, sebab saat musim puncak panen nanas, harga nanas anjlok dan rata rata petani tidak memanen nanas, sehingga untuk meningkatkan penghasilan petani tanpa bergantung lagi pada penjualan buah nanas, para petani nanas diberdayakan, yaitu dengan memanfaatkan daunya untuk diambil seratnya yang dibeli dari petani Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu per kilogram,“ kata Sofianto Mamonto pembina lembaga sosial Kesejahteraan Morobayat, di Passi Barat, Bolaang Mongondow, Selasa (8/9/2020).
Baca Juga: Pemprov DKI Usulkan Ruas Jalan Tol Untuk Pesepeda, Begini Alasannya!
Meski tergolong baru dimulai, namun usaha ini dapat membuka pekerjaan baru bagi masyarakat luas, terutama petani nanas ditengah masa pandemi Covid-19.
Sebab dari proses awal pengolahan hingga pada proses tenun dikerjakan secara perkelompok yang berbeda beda.
Baca Juga: Grab Hadirkan Program #Terususaha untuk Digitalisasi UMKM Jawa Barat