Palembang, Sonora.ID - Gubernur Provinsi Sumatera Selatan, H. Herman Deru menghadiri acara coffee morning di atas Kapal KN Kalian, Selasa (29/9). Kegiatan tersebut merupakan peringatan Hari Perhubungan Nasional Ke-75, yang dilaksanakan di Dermaga Navigasi Boom Baru Palembang.
Pada kesempatan itu, Herman Deru menggambarkan tentang padatnya lalu lintas udara, meskipun terlihat kosong secara kasatmata. Tidak hanya terjadi pada lalu lintas udara, permasalahan yang dihadapi juga padat.
"Rambu yang kurang lengkap, sinyal yang mungkin putus-putus, rambu yang kena colong karena bisa untuk mainan anak. Darat juga demikian. Aluminiumnya hilang dikiloin orang. Sekarang, diganti dengan sejenis yang kayak fiber itu," ungkap Herman Deru, dalam video yang diunggah akun instagram @humasprovsumsel, Selasa (29/9).
Baca Juga: Temukan Wanita Pingsan di Tepi Sungai, Bukannya di Tolong Malah Diperkosa 5 Pria Secara Bergilir
Ia tidak habis pikir dengan perilaku kleptomania, yang mencuri barang milik insan perhubungan.
"Itu ada kebanggaan tersendiri terhadap jenis barang tertentu. Apa itu coba nyolong rambu jalan. Kurang-kurang pak, leneng jembatan hilang," ujar orang nomor satu di provinsi Sumatera Selatan tersebut.
Menurutnya, hal ini menjadi tugas bersama untuk mengatasi persoalan tersebut. Tidak heran, ada banyak mitra dari insan perhubungan.
"TNI semua matra, Polisi, Dishub dari semua level. Belum lagi ditambah harus membuat regulasi-regulasi, sampai dengan urusan mudik. Saya ingat, tol Cipali yang tidak pernah terprediksi berapa jumlah arus mudik pada saat itu sebelum corona. Tol belum jadi dipakai untuk jalan alternatif. Tapi orang numpuk di sana pom bensin gak ada banyak yang mogok di jalan, dan ada yang meninggal. Coba kita bayangkan kalau di laut. Saya mengajak kita semua yang kebetulan tidak tergabung di urusan ini, untuk menyadari begitu berat tanggung jawab kawan-kawan kita, di insan perhubungan. Tepuk tangan atas kerja berat selama ini yang sudah kita rasakan," ungkap gubernur yang mulai menjabat sejak tahun 2018 lalu tersebut.
Bahkan, lanjutnya, kecelakaan pesawat pernah dialami negara Jepang yang memiliki teknologi canggih.
Dikatakannya, Indonesia pernah merasakan masa keemasan di bidang kemaritiman.
"Coba sekarang kita bayangkan. Di saat kecanggihan dunia ini, ada satelit, ada internet belakangan ini, nenek moyang kita dulu gimana coba? Yang pakai pinisi, kompasnya cuma bintang. Lha kalau pas mendung? Maka kita itu memang harus menghargai masa lalu. Gak mungkin kita ada masa kini. Ini penting. Maka, saya juga dengan bangga. Tadi, Pak Irwan datang ke sini, mengingatkan semua, berat tugas ini. Tugas keselamatan manusia, tugas keselamatan barang dan dampak," ujar mantan Bupati Ogan Komering Ulu (OKU) Timur dua periode tersebut.