Sonora.ID - Buang air besar (BAB) berfungsi penting dalam membersihkan tubuh dari bakteri, serat, sel, air, dan materi tanaman yang tidak dapat dicerna.
Meski setiap orang sudah pasti melakukannya, tidak semuanya melakukan BAB dengan frekuensi yang sama.
Beberapa orang mungkin sangat rutin pergi ke kamar kecil setiap pagi hari, sementara sebagian lainnya tidak punya jadwal BAB yang terprediksi atau rutin.
Baca Juga: Main HP di Toilet Bisa Bikin Ambeien? Kok Bisa? Begini Penjelasannya
Lantas, seberapa sering kita harus BAB?
Melansir Kompas.com, Jean Marie Houghton, MD, dokter yang melakukan praktik gastroenterologi di UMass Memorial Health Care di Worcester, Massachusetts, menjelaskan kepada Health bahwa frekuensi rata-rata BAB adalah antara tiga kali sehari dan setiap tiga hari, dan frekuensi di antaranya.
Sehingga jika frekuensi BAB-mu di antaranya, maka dapat dikatakan masih dalam batas normal. Dr. Houghton mengatakan bahwa kebanyakan orang memiliki rutinitas BAB yang cukup rutin meskipun dapat bervariasi dari waktu ke waktu.
Namun, ia mengingatkan untuk tidak terlalu terpaku pada angka.
Baca Juga: Alami Pendarahan saat BAB Pasca Melahirkan? Ini yang Harus Dilakukan
"Jika kamu BAB tiga kali sehari dan merasa nyaman, maka itu sempurna,” ungkapnya.
Sebaliknya, jika kamu sering BAB dan malah merasa kembung, tidak nyaman, atau terus buang air besar, maka itu tidak normal dan memerlukan penanganan profesional medis.
Sebagai gambaran, sebuah survei yang dilakukan Healthline terhadap lebih dari 2.000 responden, dilaporkan bahwa pola BAB mereka adalah sebagai berikut:
Beberapa hal memengaruhi seberapa sering kita BAB, antara lain:
Baca Juga: Mitos atau Fakta, Susah BAB Termasuk Gejala Kanker Usus Besar?
Pola makan
Serat larut dan tidak larut dalam bentuk biji-bijian, sayuran, dan buah-buahan dapat membuat feses lebih solid, sehingga mendorong BAB lebih mudah.
Jika kamu tidak mengonsumsi makanan ini dalam jumlah yang signifikan, mungkin itulah yang menyebabkan BAB tidak teratur.
Konsumsi cairan juga membuat tinja lebih lembut dan lebih mudah dikeluarkan. Inilah mengapa banyak dokter menyarankan untuk meningkatkan asupan cairan jika seseorang sering mengalami sembelit.
Usia
Semakin tua usia seseorang akan semakin besar kemungkinan mengalami sembelit. Kondisi tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk berkurangnya pergerakan lambung yang mendorong pencernaan, berkurangnya mobilitas, dan minum lebih banyak obat yang dapat memperlambat kesehatan usus.
Baca Juga: Mengapa Ibu Hamil Kerap Alami Susah Buang Air Besar? Ini Kata Dokter
Tingkat aktivitas
Peristaltik adalah gerakan usus bagian dalam yang mendorong bahan makanan yang dicerna untuk dibuang sebagai kotoran.
Gerakan peristaltik dapat dibantu melalui aktivitas fisik, seperti berjalan kaki atau melakukan bentuk olahraga lain.
Penyakit kronis atau akut
Beberapa penyakit kronis, seperti penyakit radang usus, dapat memengaruhi pola buang air besar, diikuti dengan periode sembelit.
Penyakit akut, seperti viral gastroenteritis (flu perut) atau cedera yang mengharuskanmu mengonsumsi obat pereda nyeri dapat menyebabkan perubahan pola buang air besar. Sebab, obat tersebut dapat memperlambat aktivitas usus.
Setiap orang mengalami perubahan buang air besar dari waktu ke waktu. Namun, perubahan yang berlangsung lebih dari seminggu mungkin perlu perhatian serius.
Baca Juga: Masa Liburan Bisa Bikin Susah BAB? Simak Penjelasan Selengkapnya
Ada juga beberapa gejala yang mengindikasikan kamu mungmin perlu mencari pertolongan medis. Beberapa di antaranya:
Jika sering mengalami masalah sembelit, buang air besar, atau diare, kamu mungkin perlu berkonsultasi dengan dokter.
Dokter kemungkinan akan melihat riwayat medis dan meninjau obat yang kamu minum untuk menentukan apakah ada obat yang dapat menyebabkan sembelit atau diare.
Dokter juga dapat merekomendasikan perubahan gaya hidup dan pola makan yang dapat meningkatkan keteraturan BAB.
Baca Juga: Cara Mengatasi 'Anyang-anyangan' Atau Rasa Ingin Buang Air Kecil Terus Menerus