Berdasarkan penelitian, pemakaian beha atau bra tidak berkaitan dengan kanker payudara. Relasi antara melepas bra dengan potensi kanker payudara pun masih diragukan kebenarannya oleh para pakar kesehatan.
Dilansir The Guardian, pada 1995, gagasan memakai bra berkawat terus menerus bisa menimbulkan kanker payudara merebak.
Hal ini dikompori Sydney Singer dan Soma Grismaijer yang menerbitkan buku Dressed to Kill. Gagasan ini kembali ditumbuhkan pada 2015 oleh seorang praktisi medis alternatif yang menulis di Goop, situs kepunyaan aktris Gwyneth Paltrow.
Sementara gagasan ini terus diedarkan di kalangan perempuan, tak banyak yang menelisik latar belakang para pencetus gagasan tersebut.
Baca Juga: Angka Kesembuhan Covid-19 di Sumut Meningkat Hingga 76,82 Persen
Mereka semua bukan peneliti kanker ataupun dokter, karya mereka tidak pernah diulas oleh pakar medis, serta tidak pernah dipublikasikan di jurnal kesehatan tepercaya.
Meski begitu, kampanye No Bra Day tetap populer setiap tanggal 13 Oktober.
Meski studi menyebutkan pemakaian bra tak berpotensi menyebabkan kanker payudara, kesadaran terhadap bahaya kanker ini tetap perlu ditingkatkan, karena kanker payudara bisa berakibat fatal, padahal bisa dicegah jika diketahui lebih dini.
Tidak pakai beha juga memiliki manfaat kesehatan. Sebuah studi yang melibatkan 330 wanita berusia 18 sampai 35 telah menyimpulkan bahwa secara medis, fisiologis, dan anatomis payudara tidak mendapatkan keuntungan dari pemakaian bra yang hampir konstan.
Baca Juga: Sekretaris DPRD Sulawesi Utara Positif Terpapar Covid-19