Banjarmasin, Sonora.ID – Penerapan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) dalam kehidupan masyarakat Indonesia, berdampak besar bagi sejumlah sektor yang sempat ‘mati suri’ karena tak dapat melakukan kegiatan. Salah satu yang terlihat nyata adalah sektor pariwisata yang terpukul hebat karena banyak objek dan tujuan wisata yang harus ditutup untuk menghindari penyebaran virus Corona.
Di sisi lain, terpuruknya pariwisata daerah dan nasional dirasakan oleh masyarakat yang selama ini menggantungkan nafkah dari sektor tersebut. Mulai dari penyedia jasa transportasi, perhotelan dan para pengrajin oleh-oleh, hingga pemerintah daerah yang mengalami penyusutan pendapatan.
Diungkapkan Nia Niscaya, Deputi Bidang Pemasaran, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam webinar yang digelar oleh Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan, Kamis (22/10) pagi tadi, ada beberapa perubahan tren yang mau tak mau harus diterapkan di masa sekarang.
Baca Juga: Dorong Pariwisata Lutim, Pemprov Sulsel Ingin Ambil Alih Bandara Vale
Seperti dengan menerapkan batas maksimal jumlah wisatawan yang boleh masuk di suatu objek wisata, pembatasan terhadap wisatawan yang masuk kategori rombongan, penerapan protokol kesehatan yang ketat, hingga lebih fokus pada wisata yang tak memakan waktu tempuh lama dan tidak perlu keluar daerah.
“Hal ini akhirnya memberikan dampak positif bagi wisatawan lokal yang lebih memilih untuk staycation atau menginap di hotel di dalam daerah,” tuturnya kepada para peserta webinar.
Ia menyebutkan berdasarkan data Google Trend, hingga bulan ini keyword ‘staycation’ terus meningkat dan sejalan dengan strategi yang dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Di mana staycation juga merupakan market pertama yang dinilai berhasil dalam upaya pemulihan wisatawan dan menggerakan perekonomian lokal melalui konsumsi dalam daerah.