Sonora.ID - Sejak pandemi virus corona, penggunaan media sosial menjadi bertambah berkali-kali lipat, karena masyarakat mencari hiburan dari media sosial tersebut.
Sayangnya, penggunaan media sosial yang meningkat tersebut dibarengi dengan peningkatan Kekerasan Berbasis Gender Online atau yang dikenal dengan KBGO.
Salah satu bentuk dari KBGO tersebut adalah body shaming, banyak orang yang kemudian menjadi korban karena memiliki tubuh yang tidak ‘ideal’ menurut masyarakat kebanyakan.
Baca Juga: Membekas hingga Jadi Trauma, Vicky Shu: Please Jangan Body Shaming
Hal tersebut memang bisa menjadi pemicu bagi banyak orang untuk kemudian berolahraga, namun banyak juga yang justru menjadi stres karena di-bully.
Dari sinilah kemudian muncul gerakan Body Positivity, yaitu gerakan yang mengajak semua orang untuk bisa menerima kondisi dirinya, termasuk lemak yang ada di dalam dirinya.
Body Positivity ini awalnya digunakan dalam gerakan fat accapetance pada tahun 1960-an, yang kemudian kembali viral belakangan ini karena banyaknya korban body shaming.
Baca Juga: Perilaku Body Shaming Sering Tidak Disadari, Kenali Ciri-ciri dan Dampaknya!