Palembang, Sonora.ID - Aksi unjuk rasa oleh mahasiswa maupun buruh untuk menyalurkan aspirasi yang ingin disampaikan, tentu memiliki risiko dan konsekuensi tersendiri.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Pembela Kesatuan Tanah Air Indonesia Bersatu (DPW Pekat IB) Provinsi Sumatera Selatan Ir. Suparman Romans mengatakan, risiko dan konsekuensi tersebut bisa berupa kerusakan lingkungan, serta berkurangnya kenyamanan dan ketertiban di tengah masyarakat.
“Yang selama ini, mungkin, memang betul-betul diharapkan bisa berjalan dengan baik oleh masyarakat,” ujar Suparman Romans, saat diwawancarai oleh sejumlah insan pers di acara Lomba Orasi Mahasiswa se-Sumatera Selatan dan Focus Group Discussion (FGD) Payo Jago Kota Kito, Rabu (28/10), di Ballroom Hotel Swarna Dwipa Palembang.
Baca Juga: Komite BPH Migas Resmikan Enam SPBU Dengan Satu Harga di Sumbagsel
Menurutnya, dengan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tersebut, diharapkan muncul kesadaran dari para mahasiswa agar dapat menyuarakan aspirasi demokrasi dengan baik, namun tidak sampai menimbulkan ekses.
“Ekses itu adalah kerusakan fasilitas, karena tindakan-tindakan anarkis yang tidak terkontrol,” ungkap pria yang menjabat sebagai Sekretaris Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Provinsi Sumatera Selatan tersebut.
Ia meyakini, hal-hal buruk tadi belum tentu dilakukan oleh mahasiswa. Sebagai kaum terpelajar, mahasiswa tidak pernah berpikir untuk berbuat anarkis.
Dikatakannya, ada kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan situasi dengan memancing di air keruh.
Baca Juga: 2021, DLHK Palembang Tak Lagi Angkut Sampah dari Kawasan Komersil
“Memanfaatkan gerakan-gerakan moral mahasiswa ini untuk kepentingan-kepentingan mereka. Apakah itu kepentingan bisnis, apakah itu kepentingan politik, kita masih terus melihat,” ujarnya.