Sonora.ID - Klaster baru Covid-19 di Kota Palembang belum bermunculan pasca aksi unjuk rasa tolak Omnibus law yang dilakukan ribuan mahasiswa dan kalangan buruh pada rentang waktu beberapa hari di pekan kedua Oktober lalu.
Seharusnya apabila ditarik ke 14 hari ke depan klaster demonstran Covid-19 di Palembang sudah bermunculan, namun sampai hari ini klaster tersebut masih belum ditemukan.
Menanggapi hal ini, Pakar Epidemiologi Provinsi Sumatera Selatan, Dr Iche Andriani Liberty mengatakan, tidak saling kenalnya peserta aksi menjadi salah satu indikator kesulitan dalam mengungkap klaster Covid-19.
Baca Juga: Permudah Absensi di Saat Pandemi, Setwan DPRD Kalsel Siapkan Aplikasi
“Meski mereka berdesak-desakan, saat unjuk rasa banyak yang tidak mereka kenal satu sama lain. Dari data dan indikasi Sumsel juga begitu, belum ada yang mengarah ke demonstran. Inilah yang saat ini masih menjadi kendala kita,” katanya beberapa waktu lalu.
Iche menambahkan, untuk itu upaya tracing, tracking dan treatment harus dilakukan optimal sehingga dapat mengidentifikasi klaster yang dimaksud.
“Harus jeli dalam tracking dan tracing. Kepada masyarakat juga saya minta jangan takut jangan ada stigma negatif jika hendak menghubungi fasilitas kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan,” jelasnya.
Baca Juga: Pemkab Badung Gelar Rapid Test Masal Dilingkungan Pemkab, Cegah Jadi Klaster
Senada dengan Iche, Jubir Satgas Covid-19 Palembang sekaligus Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan kota Palembang Yudhi Setiawan menjelaskan, pasca aksi unjuk rasa baru 30 orang positif Covid-19 yang berada di rentang usia 18-24 tahun.
“Kalau dilihat analisa grafik kami, kasus pada kelompok tersebut tidak menunjukkan ada kluster pada mahasiswa yang demo. Meski ada 30 orang yang berusia 18-24 tahun, Dari hasil lab yang diterima sampai 29 Oktober sepertinya belum ada,” jelas Yudhi.
Kendati demikian, tidak munculnya klaster baru, menurut Yudhi, tidak menutup kemungkinan aksi demo dapat menularkan covid-19.
“Kemungkinan tertular akibat demo pasti ada, hanya saja sekarang belum terungkap. Untuk itu saya minta kepada masyarakat supaya semaksimal mungkin tetap menerapkan protokol kesehatan,” tutupnya.
Baca Juga: Mahasiswa Kotamobagu Gelar Aksi Damai, Desak Presiden Jokowi Cabut UU Cipta Kerja