“Saya takutnya dia engga bisa pulang sesuai tanggal yang sudah kami tentukan untuk berangkat ke Rinjani, akhirnya saya melakukan double booking,” ungkap Fiersa dalam video tersebut.
Fiersa melanjutkan, pihaknya pun akhirnya berangkat menuju TNGR pada 10 Oktober. Namun selama pendakian, pihaknya terjebak angin kencang.
Hal ini membuatnya hanya memiliki tiga pilihan yakni memaksakan untuk tetap mendaki, turun, atau tinggal di area perkemahan.
“Kalau memaksakan lanjut, saya tidak siap dengan risikonya karena anginnya sangat kencang dan saya takut terjadi apa-apa dengan tim,” kata Fiersa.
Sementara jika turun, hal tersebut menurutnya merupakan hal yang berat karena pihaknya tidak hanya memiliki tujuan untuk mendaki, tetapi juga membuat video dokumenter Atap Negeri.
Alhasil, pihaknya memutuskan untuk tetap berkemah. Dia menjelaskan, keputusan tersebut dilakukan murni karena faktor cuaca dan bukan sengaja berkemah untuk waktu yang lama.
Baca Juga: Pendakian Gunung Lawu Melalui Jalur Candi Cetho Mulai Dibuka
“Kawan-kawan di Sembalun tidak ada yang ngasih tau, mungkin tidak tahu juga kali ya kalau saya dan tim kena blacklist. Hal pertama yang saya lakukan adalah menghubungi pihak TNGR. Tadi sekitar jam 17.00 WIB, ngobrol sama pihak TNGR,” ungkap Fiersa.
“Saya jelaskan, saya akui itu kesalahan saya. Saya bilang ke mereka apakah boleh saya membuat video seperti ini karena saya takut berita yang tersebar malah jadi simpang siur. Mereka mengizinkan,” lanjutnya.
Akhir kata, Fiersa meminta maaf kepada pihak TNGR karena sudah melanggar aturan. Dia juga mengimbau agar para pendaki tidak meniru perbuatannya.