Semarang, Sonora.ID - Penderita HIV/AIDS seringkali mendapat stigma negatif di mata masyarakat. Diskriminasi masih saja melekat di lingkungan masyarakat, sekolah, atau pun di tempat kerja. Hal itu disebabkan oleh anggapan bahwa penyakit ini mudah menular dan juga dianggap sebagai penyakit yang mematikan sehingga penderitanya harus dijauhi.
Sebagian besar masyarakat belum memahami betul penyakit HIV/AIDS itu sendiri. Banyak orang percaya bahwa HIV/AIDS bisa menular hanya dengan bersentuhan langsung dengan pengidapnya. Padahal anggapan tersebut salah.
Kesalahan informasi bahwa penyakit ini dapat menular melalui alat makan, jabatan tangan, duduk bersebelahan ini memperparah stigma masyarakat terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Virus ini dapat menular lewat beberapa cara, yakni transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersamaan, hubungan seks tidak aman.
Baca Juga: Pesta Seks Gay Berkedok HUT Kemerdekaan, Dresscode dan Masker Harus Merah Putih
Disisi lain, orang dengan mengidap HIV/AIDS tetap bisa berkarya dan menginspirasi orang-orang selama mereka terus mengonsumsi obat.
"Awal mula konsumsi Anti Retroviral (ARV) itu efeknya berat banget, harus mengalami mual, pusing, dan juga halusinasi. Namun dalam kondisi hamil ini saya harus semangat agar saya dan bayi saya bisa tetap hidup" ujar Ratna Ningsih yang didiagnosis positif terjangkit HIV/AIDS.
Ibu dua anak ini membagikan kisahnya tentang bagaimana kehidupannya menjadi ODHA. Ketika pertama kali didiagnosa mengidap HIV/AIDS ia merasa tertekan. Kesedihan, kekecewaan, hingga rasa malu mengerubungi perasaannya saat itu.
Tapi karena memikirkan anak, itu menjadi motivasinya untuk bangkit dan mencoba menerima kondisi. Kemudian dia berusaha untuk secara rutin mengonsumsi ARV agar dapat memperlambat perkembangbiakan virus tersebut.
Ia menegaskan bahwa kita perlu menepis mitos-mitos yang meningkatkan diskriminasi pada ODHA. Karena beberapa kasus ditemukan apabila penyebab kematian ODHA bukan karena penyakit yang diidapnya, tetapi perilaku diskriminatif yang membuatnya kehilangan kesempatan untuk mendapat pengobatan dan perawatan yang layak. Jauhi penyakitnya, bukan orangnya.
Baca Juga: Satu Peserta Pesta Gay Positif HIV, Begini Gejalanya pada Pria
Keluarga di sini bisa jadi penentu meningkatnya semangat hidup bagi ODHA dan juga menjadi salah satu pendorong agar mereka bisa menjalani hidup secara produktif. Ratna sangat bersyukur kedua anaknya sampai detik ini dinyatakan negatif HIV/AIDS dan berharap jika anak-anaknya bisa bersosialisasi tanpa merasakan adanya diskriminasi.
Sosialisasi penularan HIV/AIDS perlu digencarkan agar masyarakat tidak mendiskriminasi atau menjauhi ODHA. Menjelaskan kembali bahwa sebenarnya HIV tidak mudah menular ke orang lain, dan mengajak masyarakat agar tidak perlu khawatir akan tertular HIV jika penyampaian edukasi soal HIV/AIDS tersampaikan dengan baik.