Karena sifatnya memang harus dilaksanakan secara tatap muka. Sementara yang lainnya tetap sesuai dengan konsep pembelajaran kelas virtual yang berbasis IT.
Syamsudin menuturkan, sementara ini sekolah virtual masih sebatas dilakukan di Brebes dan Boyolali sampai pada penghabisan tahun ajaran 2020/2021.
Dengan demikian, sekolah virtual belum bisa dibuka di sekolah lain lagi sampai pada tahun ajaran baru berikutnya.
Baca Juga: Tak Lolos PPDB Jakarta, Siswi Peraih 700 Penghargaan Akhirnya Putus Sekolah
Saat ini, sekolah virtual telah diikuti 72 siswa. Atau masing-masing sekolah diikuti 36 siswa. Dengan adanya sekolah virtual ini, siswa dari keluarga kurang mampu merasa terbantu. Mereka yang terancam dan telah putus sekolah bisa mewujudkan impian untuk bersekolah kembali.
Berdasarkan data, angka anak tidak sekolah karena permasalahan biaya di Jawa Tengah mencapai 45 ribu anak. Dengan adanya kelas virtual itu, telah memberi akses anak-anak tersebut untuk bisa meneruskan sekolahnya.
Meski demikian, tidak hanya sekolah virtual yang menjadi satu-satunya program mengurangi angka putus sekolah. Ada juga peran sekolah swasta yang mau memfasilitasi, meringankan beban siswa.
Baca Juga: Peringati Hari Pahlawan, Dikarpus Jateng Gelar Pameran Arsip Virtual