Banjarmasin, Sonora.ID - Berbeda dengan perekonomian nasional yang kontraksinya mulai melandai, perkembangan ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan III tahun 2020 mengalami kontraksi sebesar -4,68% atau lebih dalam dibanding triwulan II yang mengalami kontraksi sebesar -2,63%.
Sumber utamanya adalah kinerja ekspor dan investasi yang juga melambat, termausk dari sisi lapangan usaha, perlambatan bersumber dari kinerja seluruh sektor yang melambat.
Mengulik data Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Kalimantan Selatan, realisasi nilai investasi dari Januari - September 2020 hanya Rp5,6 triliun. Jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp11,1 triliun.
Baca Juga: HKN di Banjarmasin Tuai Kritikan, Hermansyah: Tak Ada Ampun Bila Terulang
"Jadi memang ada penurunan yang signifikan dari sisi investasi," ucap Annisa Elma Nabila, Asisten Analis Kelompok Perumusan KEKDA Wilayah & Provinsi KPw BI Kalsel, saat mengisi materi Pelatihan Wartawan Jurnalis Ekonomi Kalimantan Selatan 2020 yang diikuti redaksi Smart FM di salah satu hotel berbintang di Banjarmasin, Kamis (19/11).
Menurutnya, penurunan kinerja investasi ini lebih lanjut mempengaruhi perlambatan untuk kinerja sektor konstruksi.
Dari sisi eksternal, Elma menerangkan bahwa Kalimantan Selatan sangat didominasi oleh ekspor, khususnya batubara dan Crude Palm Oil (CPO).
Namun ternyata ekspor kedua komoditas andalan Kalsel itu masih tumbuh terbatas atau mengalami tekanan akibat pandemi CoVID-19.
"Sehingga juga turut mempengaruhi dari kinerja dari sektor pertambangan dan industri pengolahannya," tambah Elma.
Kendati demikian, Kalimantan Selatan lanjutnya, patut berbangga atau merasa sedikit optimis bahwa pemulihan ekonomi itu tetap ada.
Karena secara kuartalan, ekonomi Kalsel telah tumbuh positif sebesar 3,26% (QtQ), meningkat dibanding triwulan II yang terkontraksi -0,04%.
Baca Juga: Survei LSP2KP Sebut Paslon Ibnu-Arifin Elektabilitas Tertinggi
"Hal ini didorong oleh perbaikan beberapa komponen permintaan domestik dan meningkatnya kinerja lapangan usaha utama. Seperti pertambangan, perdagangan hotel dan restoran," tandasnya.
Sebelumnya diketahui, sebanyak 36 jurnalis ekonomi dari berbagai media cetak, elektronik, online dan lainnya mengikuti pelatihan yang dilaksanakan KPw BI Kalsel.
Dalam sambutannya, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalsel, Amanlison Sembiring, mengatakan kegiatan ini dapat membantu kapasitas jurnalis khususnya para wartawan ekonomi dalam membuat berita di bidang liputannya.
Tujuannya untuk membuka wawasan dan pengetahuan para wartawan dalam pemanfaatan teknologi digital sesuai zamannya.
Sebagai narasumber Bank Indonesia menghadirkan Ketua Dewan Pers Indonesia, Prof. Dr. Ir. M. Nuh, DEA, dan lainnya.
Dalam sambutannya, Nuh mengatakan perubahan membawa kebaharuan (novelty), dan berita (news) harus mengandung unsur kebaharuan.