Hail atau hujan es, jelas dia, merupakan presipitasi yang terdiri dari bola-bola es.
"Salah satu proses pembentukannya (hujan es) adalah melalui kondensasi uap air lewat pendinginan di atmosfer pada lapisan di atas level beku," ujar Agie seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (23/11/2020).
Ia menjelaskan, es yang terjadi dengan proses ini umumnya berukuran besar. Setelah turun ke arah yang lebih rendah, karena ukurannya yang besar dan terkena suhu yang relatif lebih hangat, tidak semua es bisa mencair.
"Proses lain yang dapat menyebabkan hujan es adalah pembekuan, di mana uap air lewat dingin tertarik ke permukaan benih-benih es. Karena terjadi pengembunan yang mendadak, maka terbentuklah es dengan ukuran yang besar," jelas Agie.
Agie menyebutkan, fenomena hujan es atau hail adalah fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi.
Adapun kejadian hujan lebat atau hujan es yang juga disertai kilat atau petir dan angin kencang yang berdurasi singkat merupakan fenomena yang banyak terjadi saat masa transisi atau pancaroba.
Hal ini terjadi pada masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya.
"Seperti yang sedang terjadi saat ini di mana dengan mulainya penguatan monsun Asia, maka dalam beberapa waktu ke depan hujan akan kembali meningkat di Tanah Air," kata Agie.
Baca Juga: Kapolda Baru Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran Datangi Kantor Gubernur Untuk Perkenalan Diri