Sonora.ID - Anda bisa melihat penampilan seorang Anak Punk, tindik di wajah, rambut runcing tinggi dan pakaian yang dikenakan. Padahal, punk bukan hanya sebagai gaya hidup, tetapi juga budaya dan ideologi.
Subkultur Punk lahir di London sekitar tahun 1970-an sebagai bentuk protes terhadap kemapanan. Di Inggris pada masa tersebut, akan sangat mudah membedakan orang dari baju dan penampilannya.
Kelas pekerja, menengah, dan bangsawan memiliki bahan dan model pakaian yang berbeda secara signifikan.
Baca Juga: Lirik 'Hukum Rimba' Milik Grup Band Marjinal (Maling-maling kecil dihakimi)
Dari situ, para punk di masa awal kemunculannya ingin keluar dari stigma kelas sosial dan membentuk budayanya sendiri. Punk pun mulai berkembang dan mempengaruhi beberapa negara termasuk juga ranah musik Indonesia.
Di tahun 1960-an, terdapat sebuah subkultur di Inggris yang menamakan dirinya Skinhead. Ciri khas kaum Skinhead adalah rambut yang dipotong habis, kaus polo Fred Perry, bretel, celana ketat, dan sepatu boots.
Mereka membuat gerakan budayanya sendiri karena merasa tersisihkan secara sosial dan politik. Lapangan kerja pada saat itu pun dirasa semakin sempit dengan datangnya para imigran dari Asia.
Baca Juga: Perankan Cruella De Vil, Emma Stone Tampil dengan Gaya 'Punk Rock'