Dari situ, subkultur Skinhead berkembang menjadi sebuah ideologi dan gaya hidup. Beberapa kelompok mengambil cara yang lebih ekstrem dengan menjadi punk dan tampil lebih mencolok.
Namun sayangnya, subkultur yang awalnya merupakan protes sosial dan politik ini kerap dikaitkan dengan gaya hidup urakan serta penuh kekerasan. Punk tidak mengikuti musik terkenal pada saat itu seperti The Beatles dan The Rolling Stones, tetapi menciptakan musiknya sendiri. Lirik musik punk terdengar nyaring dan kasar, penuh protes sosial dan politik.
Beban hidup yang berat karena harus bekerja sebagai buruh diekspresikan melalui musik. Mereka ingin menunjukkan pada dunia bahwa ada sisi lain dari kehidupan mapan yang selama ini lebih terekspos.
Baca Juga: Kim Taehyung atau Kim Seokjin yang Jadi Visual BTS Sebenarnya?
Semangat anti kemapanan yang diusung oleh kaum punk juga membuat mereka menolak untuk tergantung pada perusahaan rekaman besar. Fakta musik bahwa aliran punk tumbuh secara sporadis dari panggung ke panggung membuat ideologinya semakin kuat di kalangan anak muda.
Para musisi punk menyuarakan protesnya melalui album musik yang diproduksi sendiri dengan alat seadanya di studio. Info musik dan pertunjukan tersebar dari mulut ke mulut dan poster yang dilukis sendiri.
Mereka percaya, segala sesuatunya bisa dilakukan sendiri tanpa harus bergantung pada pemerintah yang represif atau perusahaan kapitalis.
Baca Juga: 'Black Mamba' aespa Cetak Rekor Sebagai MV Debut Terbanyak Ditonton Selama 24 Jam