Banjarmasin, Sonora.ID - Tanpa sepengetahuan khalayak luas, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Banjarmasin rupanya telah menyelesaikan pembangunan dua ikon wisata baru yang berada di dua tempat terpisah. Yakni Galeri Terapung Sasirangan dan Rumah Lanting Mantuil.
Kepala Disbudpar Kota Banjarmasin, Ehsan El Haque mengatakan bahwa dua ikon wisata tersebut merupakan perangsang untuk menarik investor agar bisa berpartisipasi untuk memajukan sektor wisata di Kota Banjarmasin.
"Ini pancingan bagi para investor untuk bisa ikut dalam pengembangan wisata di kota kita," ucapnya pada awak media, Selasa (1/12) siang.
Baca Juga: Sempat Mandek Setahun, Restoran Terapung Rp 1,2 M Akhirnya Diresmikan
Selain menarik minat investor, kedua ikon wisata tersebut juga bertujuan untuk menambah khazanah wisata yang ada di Banjarmasin
Masing-masing ikon wisata baru tersebut menurut Ehsan, terletak di tempat berbeda. Gallery Terapung Sasirangan terletak di Kampung Sasirangan, Sungai Jingah. Tepatnya berada di belakang Musholla Al-Muttaqin.
Sementara untuk Rumah Lanting Mantuil berlokasi di Kelurahan Mantuil, berdekatan dengan Jembatan Pulau Bromo, Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
"Keduanya nanti statusnya akan dihibahkan kepada masyarakat dan dikelola oleh Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di masing-masing lokasi," ujarnya.
Baca Juga: Tiga Minggu Ditutup Sementara, Pasar Terapung Siring Tendean Sepi Pengunjung
Ehsan menambahkan, proyek tersebut juga merupakan permintaan dari masyarakat untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di sekitar lokasi fasilitas tersebut.
"Gallery Terapung kita bangun dengan bentuk khas kebudayaan Banjar, yaitu tudung tanggui (penutup kepala khas masyarakat Banjar, red.). Sedangkan Rumah Lanting Mantuil itu bentuknya menyerupai Rumah Banjar," bebernya.
Ia berharap setelah nanti diserahkan, masyarakat bisa memaksimalkan dan mengelola dengan maksimal potensi wisata dari fasilitas yang disediakan Disbudpar.
Baca Juga: Riau Kantongi Harapan Besar jadi Tuan Rumah Rakernas II Masata
Kendati diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, pihak Disbudpar tetap akan mengawasi kondisi dua fasilitas terapung tersebut, terutama dari segi pengelolaannya.
"Pengawasan yang kita lakukan ini agar tidak hal yang tidak diinginkan, misalnya ada yang menyalahgunakan tempat itu yang berpotensi berkurangnya wisatawan," imbuhnya.
Ehsan juga menyebut, ini merupakan bentuk komitmen Pemerintah Kota Banjarmasin dalam hal peningkatan destinasi wisata susur sungai.
Di mana pembangunannya dimulai pada Oktober lalu dengan sumber dana dari APBN yang berkisar kurang dari Rp 200 Juta untuk paket pembangunan satu fasilitas terapung.
Baca Juga: Motoris Kelotok Kena PHP, Siring Sungai Martapura Belum Jelas Kapan Buka
"Ini merupakan ikon wisata milik daerah kita yang memiliki ciri khas tersendiri," pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi Gallery Terapung Sungai Jingah, Mariani mengaku sangat senang dengan adanya bangunan tersebut.
"Alhamdulilah, kami warga disini sangat menyambut baik keberadaan bangunan gallery ini. Kampung kami jadi terangkat namanya," ujarnya.
Baca Juga: Motoris Kelotok Kena PHP, Siring Sungai Martapura Belum Jelas Kapan Buka
Namun Ia masih sangat menyayangkan perilaku oknum warga sekitar yang masih suka membuang sampah sembarangan.
"Sayangnya masih ada warga yang suka buang sampah sembarangan. Itu saja ada kantongan plastik sampah yang nyangkut di depan gallery," tukasnya sembari menunjuk ke arah tumpukan sampah.
Sehingga Ia berharap kepada Pemerintah Kota bisa menertibkan warga yang bandel tersebut.
"Ini demi kenyamanan kita bersama juga, kalau sungai kita bersih, semua orang pasti akan menikmati dampaknya," tandas Mariani.
Baca Juga: GWK Cultural Park Kembali Buka 4 Desember 2020, Menerapkan Protokol Kesehatan Ketat