Masa isolasi ini mengacu pada orang yang sakit, dan karantina mengacu pada orang yang telah terpapar virus, dan berpotensi menjadi sakit.
“Menetapkan periode isolasi pada lima hari kemungkinan akan jauh lebih cocok dan dapat mendorong lebih banyak orang yang terinfeksi untuk mematuhinya.” Ujar Dr. Muge Cevik, pakar penyakit menular di Universitas St Andrews, Skotlandia, selaku pemimpin dalam analisis ini, seperti dikabarkan dalam jurnal the Lancet Microbe.
Menurut dr. Cevik, banyak orang yang tidak melakukan isolasi diri selama 10 hari setelah mengalami gejala.
Baca Juga: Rumah Pasien Covid-19 yang Isolasi Mandiri Ditempel Stiker Agar Warga Waspada
Di Amerika Serikat, banyak yang melakukan tes setelah 1-2 hari mereka mulai merasa sakit, dan hasilnya mereka terima 2-3 hari kemudian.
Menurut dr. Michael Mina, ahli virus di Harvard T.H, bahkan jika mendapatkan hasil tes PCR setelah beberapa hari mengalami sakit dan menunggu hasil, 90 persen masa isolasi sesungguhnya sudah usai.
Berdasarkan hasil penelitian, masing-masing individu tidak bisa menentukan masa isolasinya sendiri.
Baca Juga: Pasien OTG Covid-19 Boleh Melakukan Isolasi Mandiri, Ini Syaratnya!
Faktor usia
Menurut penelitian, orang yang lebih tua cenderung menularkan penyakit lebih lama daripada orang yang lebih muda.
Meski begitu, dr.Cevik mengatakan tak ada penelitian yang mendeteksi virus hidup setelah sembilan hari timbulnya gejala.
"Tes positif setelah titik itu hanya menemukan fragmen genetik, daripada virus hidup secara keseluruhan,” kata Dr. Cevik.