Semarang, Sonora.ID - Diketahui, jika awal kepemimpinan Gubernur Ganjar Pranowo, angka kematian ibu di Jawa Tengah sempat tinggi. Namun, melalui gerakan Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng alias “5NG” pada pertengahan 2015, kasus kematian ibu terus mengalami penurunan.
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo, di Jawa Tengah sudah mencanangkan program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng atau “5NG”, untuk keselamatan ibu dan anak mulai hamil hingga melahirkan. Program tersebut cukup efektif mengurangi angka kematian ibu dari tahun ke tahun.
“Keselamatan ibu hamil dan melahirkan bukan hanya tanggung jawab ibu, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan sangat penting pemerintah harus hadir,” ujar Atikoh.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Menyerukan Donor Plasma Konvaselen untuk Bantu Pasien Berjuang Hadapi Covid-19
Atikoh menyebut kematian ibu hamil dan melahirkan cukup tinggi terjadi pada 2014 dengan jumlah 711 kasus. Namun, angka itu terus turun menjadi 619 kasus pada 2015, 602 kasus pada 2016, 475 kasus pada 2017, 421 kasus pada 2018, dan turun lagi menjadi 416 kasus pada 2019.
Penurunan angka kematian tersebut berkat sinergi semua pihak dalam melakukan 5NG, termasuk peran PKK Jawa Tengah yang aktif melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, terkait keselamatan ibu.
Terkait hal tersebut Atikoh pun berbagi tips dan strategi penurunan angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Jawa Tengah.
Baca Juga: 3 Manfaat Olahraga Jalan Kaki Bagi Ibu Hamil, Salah Satunya Memperlancar Persalinan
Menurut Atikoh, ada empat peran PKK dalam mengurangi angka kematian ibu. Yakni sebagai penyuluh, penggerak, pencatat, dan pendamping. Tugas tersebut dilakukan dengan mengaktifkan tim penggerak maupun kader hingga tingkatan dasa wisma.
“Karena dasa wisma yang paling paham dengan hal ini. Jadi, program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng itu diaplikasikan PKK langsung terjun ke masyarakat, sejak sebelum hamil, masa hamil dan bersalin, hingga masa nifas,” ungkapnya.
Baca Juga: Libur Akhir Tahun, Ganjar Peringatkan Warganya Agar Tetap di Rumah
Atikoh menunjuk contoh terobosan yang dilakukan di daerah. Salah satunya program ambulans desa, di mana ada warga yang menyiagakan mobilnya 24 jam, untuk mengantar ibu hamil ke fasilitas kesehatan, khususnya menjelang persalinan. Bagaimana pun, transportasi sangat diperlukan agar tidak terjadi keterlambatan penanganan ibu melahirkan.
Keluarga, imbuhnya, juga terus diedukasi agar memiliki kepedulian tinggi terhadap ibu hamil dan melahirkan, termasuk saat masa nifas. Sebab, kematian saat nifas juga masih menjadi ancaman, mengingat usai melahirkan kondisi ibu masih lemah, dan membutuhkan waktu untuk pemulihan.