Banjarmasin, Sonora.ID – Sejak akhir 2020 lalu, harga seluruh jenis cabai mengalami kenaikan yang sangat signifikan di seluruh wilayah Kalimantan Selatan.
Kenaikan tertinggi terjadi pada jenis cabai rawit lokal, yakni mencapai 50 persen dari harga normal.
Berdasarkan data yang dirilis Dinas Perdagangan (Disdag) Kalimantan Selatan pada Senin (04/01), harga cabai rawit merah segar masih berada di angka Rp107.700 per kilogram. Bahkan pada 3 pekan silam, harganya menembus Rp120.000 per kilogram.
Baca Juga: Mendikbud Batalkan Belajar Tatap Muka, Kadisdik Banjarmasin : Itu Hoax
“Semua jenis cabai, terutama yang merah mengalami kenaikan. Paling mahal cabai rawit merah lokal. Harganya mulai Rp95.000 sampai Rp100.000 lebih,” ungkap Kepala Disdag Kalimantan Selatan, Birhasani, ketika dihubungi Smart FM melalui sambungan telepon, pada Selasa (05/01) siang.
Kenaikan harga cabai rawit dilatarbelakangi gagalnya panen akibat terdampak cuaca ekstrem. Di mana air hujan membuat tanaman cabai terendam hingga membusuk sebelum dipanen.
"Tanaman cabai kebanjiran hingga gagal panen," jelasnya.
Baca Juga: Secara Virtual Pemkab Muba Terima LHP Atas Belanja Daerah TA 2020
Bahkan menurut Birhasani, banyak tanaman cabai yang rusak sebelum sampai memerah atau belum mencapai kondisi siap panen. Hal tersebut terjadi karena akar tanaman yang lama terendam air hingga merusak batang tanaman.
"Banyak yang jatuh membusuk sebelum memerah," jelasnya.
Diakuinya, pihaknya tidak dapat berbuat banyak untuk menurunkan harga cabai rawit, karena kondisi serupa juga terjadi di daerah lain.
"Kondisi ini sama di seluruh Indonesia yang juga dipicu oleh cuaca ekstrem," imbuhya.
Dalam kondisi normal, pemenuhan cabai rawit di Kalimantan Selatan disokong oleh pasokan dari daerah lain, semisal dari wilayah Pulau Sulawesi dan Jawa.
"Namun saat ini masalahanya sama. Di daerah tersebut juga sama dengan kita ini masalah nasional," pungkasnya
Baca Juga: Secara Virtual Pemkab Muba Terima LHP Atas Belanja Daerah TA 2020