Sonora.ID - Saat ini para ahli terus melakukan upaya untuk menghentikan persebaran virus Covid-19. Sayangnya virus covid-19 terus melakukan mutasi sesuai dengan keadaan pada tiap tiap wilayah.
Contohnya pada Desember 2020 ditemukan mutasi baru virus covid-19 di temukan di Inggris yang diklaim jauh lebih menular namun tak begitu berbahaya.
Virus tersebut kemudian disebut dengan "VUI 202012/01" dan telah ditemukan di 8 negara di seluruh dunia.
Ternyata kini para ilmuan kembali menemukan mutasi baru virus covid-19 di Africa selatan. Dalam hal ini para ahli mengatakan jauh lebih khawatir terdapat varian virus yang berasal dari Africa Selatan.
Pasalnya virus baru yang berkembang di Africa Selatan di klaim tidak dapat dihentikan dengan vaksin yang telah ditemukan sekarang.
Virus seperti SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19, bermutasi setiap saat. Virus corona baru mengembangkan mutasi yang signifikan di awal pandemi, diyakini telah meningkatkan infektivitasnya.
Peneliti harus mengikuti mutasi ini dengan cermat karena berbagai alasan. Pertama, mutasi penting untuk penelitian vaksin, karena obat harus disesuaikan dengan jenis baru seperti yang terjadi pada flu.
Kedua, pengurutan genetik dapat membuktikan infeksi ulang virus corona dan kekebalan Covid-19. Hal ini masih membutuhkan lebih banyak data di dunia.
Baca Juga: 700 Sekolah Islam Ditutup, Pejabat India: Kita Lebih Butuh Dokter daripada Imam Masjid
Terakhir, mengetahui dengan tepat bagaimana virus berevolusi dan bermutasi berguna untuk menyusun protokol baru dalam rangka mencegah dan menangani infeksi.
Baca juga: Usai Vaksin Covid-19, Inilah Efek Samping yang Dirasakan Warga AS Dua negara mengumumkan dua varian baru virus corona pada minggu-minggu terakhir di tahun 2020, yakni VUI 202012/01 atau sekrang disebut B.1.1.7 dari Inggris dan 501.V2 dari Afrika Selatan.
Keduanya lebih menular daripada nenek moyang mereka, kata laporan awal. Namun, para ahli Inggris percaya strain Afrika Selatan mungkin lebih berbahaya daripada B.1.1.7.
Ahli menyebut varian 501.V2 Afrika Selatan bisa mengembangkan perubahan yang memungkinkannya menghindari atau kebal vaksin.
Dilansir BGR, Senin (4/1/2021), peningkatan infektivitas B.1.1.7 tampaknya terbukti, setelah Inggris mengumumkan catatan pandemi baru usai ada lonjakan kasus yang besar.