“Realisasi yang masuk di kami itu baru sampai Oktober. Tapi bulan November dan Desembernya sudah kami perkirakan berdasarkan tanaman yang ada di lahan. Berdasarkan data itu, produksi [cabai keriting] total Jawa Tengah 160.018 ton. Itu kalau kita berhitung kebutuhan konsumsi di Jateng 72,621 ton. Jadi kita surplus,” jelasnya.
Tak hanya cabai keriting, komoditas cabai rawit juga diperkirakan akan mengalami surplus.
“Sampai dengan desember diperkirakan produksinya 150,523 ton. Sedangkan kebutuhan kita 95,963 ton. Jadi masih surplus,” tambahnya.
Kenaikan harga cabai ini menjadi angin segar bagi petani. Pasalnya, menurut Ani, semasa pandemi ini harga cabai di tingkat petani masih rendah.
Baca Juga: 5 Kuliner Khas Kota Semarang yang Jadi Andalan Wisatawan
“Betul-betul momen buat mereka [petani] untuk menutupi yang kemarin-kemarin,” ungkap Ani.
Untuk meminimalisisi risiko kerugian, pemerintah terus mengimbau petani untuk melakukan diversifikasi tanaman.
“Semua komoditas sekarang kami imbau untuk tidak monokultur. Karena khawatirnya harga jatuh. Kalau kita tumpang sari misal ada cabai, ada sayuran, jadi pas [harga] cabai jatuh sayurannya cepat stabil,” ungkapnya.
Berdasarkan data Disperindag Provinsi Jawa Tengah, per 7 Desember 2020, harga komoditas cabai di tingkat konsumen mengalami kenaikan. Kenaikan ini sudah terjadi sejak Oktober lalu dan diperkirakan masih akan terus terjadi hingga awal tahun 2021.