Dimulai Pekan Depan, Ini Daftar Orang-orang yang Sebaiknya Tidak Disuntik Vaksin Covid-19

9 Januari 2021 08:50 WIB
ilustrasi vaksin corona virus
ilustrasi vaksin corona virus ( Kompas.com)

Sonora.ID - Program penyuntikan vaksin Covid-19 di Indonesia akan segera dilakukan mulai pekan depan.

Namun, vaksin Covid-19 rupanya tidak bisa disuntikan begitu saja pada setiap orang.

Ada beberapa kelompok yang harus menunggu terlebih dahulu untuk bisa benar-benar menerima vaksin Covid-19, termasuk mereka yang memiliki riwayat reaksi alergi parah.

Dikutip The Strait Time via kontan.co.id, Direktur Unit Isolasi Tingkat Tinggi di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular, Associate Professor Lim Poh Lian menyatakan bahwa alergi serius biasanya merujuk pada orang yang memiliki respons terhadap rangsangan tertentu.

Baca Juga: Epidemiologi Ragukan Efektivitas Vaksin Covid-19, Warga Harus Patuhi Protkes

Orang lain yang termasuk ke dalam kelompok tertentu juga harus menunda menerima suntikan seperti wanita hamil, orang yang mengalami gangguan sistem imun, dan mereka yang berusia di bawah 16 tahun.

Sebab, uji klinis skala besar tidak melibatkan sukarelawan semacam itu. Artinya belum ada data untuk mengevaluasi keamanan bagi kelompok tertentu ini.

Lantas siapa saja yang dapat menerima vaksin Covid-19?

Mereka yang berisiko tinggi tertular virus corona akan diberi prioritas untuk mendapatkan vaksin, termasuk petugas kesehatan, para orang tua dan orang yang rentan.

Bahkan orang dengan penyakit lain seperti masalah jantung, harus mendapatkannya karena uji klinis telah mengevaluasi keamanan di antara kelompok ini.

Sementara itu, berikut daftar orang yang sebaiknya tidak disuntik vaksin Covid-19.

Baca Juga: Berikut Prosedur Vaksinasi, Penerima Akan Mendapat SMS Blast

Pemilik alergi parah

Otoritas Ilmu Kesehatan Singapura menyarankan kepada orang-orang yang memiliki riwayat anafilaksis, atau reaksi alergi parah yang muncul dengan cepat sebaiknya tidak menerima vaksin Covid-19.

Hal tersebut merupakan tindakan pencegahan. Sebab, reaksi semacam itu telah diamati di tempat lain.

The New York Times melaporkan dua petugas kesehatan di Alaska mengalami reaksi setelah menerima vaksin Pfizer-BioNTech.

Pekerja pertama mengalami reaksi anafilaksis dan mengalami ruam pada wajah dan batang tubuh, sesak napas, dan detak jantung meningkat, padahal dia tidak memiliki alergi.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Masuk, Perekonomian Indonesia 2021 Diprediksi Membaik

Pekerja kedua mendapati mata bengkak, pusing dan tenggorokan gatal - meskipun rumah sakit mengatakan reaksinya tidak dianggap anafilaksis. Dia kembali normal dalam waktu satu jam dan dipulangkan.

Kedua pekerja itu mengalami reaksi dalam 10 menit setelah divaksin.

Menurut Prof Lim, reaksi tersebut tidak hanya terjadi pada suntikan virus corona saja.

"Semua obat berpotensi menyebabkan alergi, atau bahkan anafilaksis, yang merupakan bentuk yang lebih serius dengan hipersensitivitas, (dan) dapat segera terjadi," katanya selama webinar.

Reaksi itu terjadi jika penisilin diberikan.

"Tapi kami tidak berhenti menggunakan penisilin. Kami hanya harus tahu bahwa itu bisa terjadi dan bersiap untuk itu, untuk mengelola pasien dengan aman. Jadi hal yang sama akan berlaku untuk vaksin (Covid-19)," katanya.

Baca Juga: Masih Banyak Warga Makassar yang Ragukan Vaksin Covid-19

Wanita hamil dan anak-anak

Untuk menentukan apakah vaksin aman untuk kelompok orang tertentu perlu adanya panduan oleh data dari studi vaksin.

Namun karena penelitian belum dilakukan untuk mengevaluasi bagaimana  vaksin Pfizer-BioNTech Covid-19 dapat mempengaruhi kesuburan atau anak-anak, para ahli menyarankan kepada wanita hamil dan anak di bawah 16 tahun untuk menunggu lebih banyak data sebelum suntikan.

"Jadi, sampai datanya datang, kami mungkin akan mengatakan tunda sampai kami mendapatkan lebih banyak data, karena kami ingin melakukan ini dengan aman," jelas Prof Lim.

Namun, berkaca dari pengalaman masa lalu dengan dengan vaksin - seperti Hepatitis A, Hepatitis B atau tetanus, Prof Lim tidak berpikir jika vaksin Covid-19 akan menyebabkan masalah pada kesuburan.

Baca Juga: Ternyata Ini Penyebab Wapres Ma'ruf Tak Ikut Divaksinasi Bersama Presiden Jokowi

Orang dengan kekebalan tubuh terganggu

Prof Lim mengatakan bahwa orang yang memiliki kekebalan tubuh lemah adalah salah satu kondisi yang jatuh pada suatu spektrum.

"Jadi misalnya, seseorang dengan leukemia, yang merupakan sejenis kanker darah, jelas akan mengalami gangguan kekebalan," katanya.

Mereka yang telah melakukan transplantasi organ juga akan dianggap demikian. Namun, masih banyak pertanyaan yang tersisa.

"Jika mereka dirawat karena leukemia, katakanlah, setahun yang lalu, apakah mereka masih mengalami gangguan kekebalan? Yah, itu mungkin spektrum saat Anda pulih dari kemoterapi," jelas Prof Lim seperti yang dilansir The Straits Times.

Baca Juga: Bang Dhin Minta Sasaran Vaksin Sinovac di Kalsel Sesuai Prioritas

Artikel ini juga telah tayang di Kompas.tv Daftar Orang-Orang yang Tak Bisa Divaksin Corona, Siapa Saja dan Apa Alasannya?.

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
92.0 fm
98.0 fm
102.6 fm
93.3 fm
97.4 fm
98.9 fm
101.1 fm
96.7 fm
98.9 fm
98.8 fm
97.5 fm
91.3 fm
94.4 fm
102.1 fm
98.8 fm
95.9 fm
97.8 fm
101.1 fm
101.1 Mhz Fm
101.2 fm
101.8 fm