Banjarmasin, Sonora.ID - Fenomena badut jalanan di Banjarmasin sampai saat ini masih ditemukan. Parahnya lagi, pemeran di balik kostum karakter kartun jalanan itu mayoritas adalah anak di bawah umur, masih pelajar.
Reporter Smart FM, Jumat (08/01) siang, mendapati tiga bocah pemeran badut jalanan asal Kelurahan Teluk Tiram, Kec. Banjarmasin Barat. Masing-masing berinisial IT (11), IM (12) dan R (10).
Ketiga bocah ini pun ternyata masih mengenyam pendidikan di salah satu SD Negeri di Banjarmasin itu mengaku memilih profesi badut jalanan karena tergiur dengan keuntungan yang besar.
Baca Juga: DJP Kalselteng Capai 95 Persen Penerimaan Pajak di Tengah Pandemi
"Sehari bisa lebih dari Rp 100 ribu hasil ngamen jadi badut," ucap R (10) saat dijumpai usai ngamen di salah satu warung di kawasan Jalan Sutoyo. S, Kota Banjarmasin.
Uang sebesar itu Ia dapatkan, dari hasil ngamen jadi badut jalanan mulai pukul 09.00 WITA hingga sore hari. Namun harus berbagi hasil dengan pemilik kostum alias upah sewa.
Bocah yang masih duduk di bangku kelas IV SD itu mengaku bahwa keputusan untuk menjadi badut jalanan merupakan kemauan dirinya sendiri. Tanpa desakan dari orang tua ataupun orang lain.
Baca Juga: Pastikan Tidak PSBB, Banjarmasin Andalkan Kampung Tangguh & Posko PSBK
"Kami senang jadi badut, karena dapat duit ketimbang main di kampung," imbuhnya sembari melempar senyum polosnya.
Senada dengan dia, IT (11) juga mengaku melakukan hal ini lantaran keterbatasan ekonomi. Walaupun saat ini Ia masih menjalani sekolah daring atau online.
"Saya nggak punya HP, jadi sulit belajar online. Mending ngamen jadi badut daripada nggak ngapa-ngapain di rumah," cetusnya.
Ia mengaku, juga pernah terjaring razia Satpol PP Kota Banjarmasin. Bahkan kostum badut yang Ia pakai ngamen disita. Namun hal itu ternyata tidak membuat bocah yang juga masih duduk di kelas IV SD itu jera.
"Dulu sempat tertangkap Satpol PP, malah diancam akan dipenjara selama tiga bulan kalau masih saja jadi badut. Tapi kalau tidak jadi badut saya nggak punya uang," imbuhnya.
Baca Juga: Masuk Banjarmasin Diwacanakan Wajib Tunjukkan Hasil RT-Antigen Swab
Belajar dari pengalaman temannya ketiga bocah tersebut sering kejar-kejaran ketika ada patroli dari petugas Satpol PP.
"Kalau ada Satpol PP kami lari, sembunyi di sela-sela gang," kata IM (12) sambil tertawa.
Sebelumnya, Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina turut angkat bicara, mengenai fenomena yang sekarang ini banyak ditemukan.
Ibnu pun menemukan indikasi, bahwa anak-anak tersebut dipekerjakan oleh orang tuanya, yang disebabkan karena kelamaan belajar di rumah.
"Hasil penelitian hanya 50 persen siswa saja yang belajar daring. Sisanya Itu yang dikhawatirkan lost learning dan berujung pada lost generation. Maka terindikasi eksploitasi terhadap anak," ucapnya kepada Smart FM.
Baca Juga: Masuk Banjarmasin Diwacanakan Wajib Tunjukkan Hasil RT-Antigen Swab