“Ditambah cost produksi, ekspedisi total Rp 120.000-an. Sedangkan harga eceran tertinggi ditetapkan pemerintah Rp 120.000. Belum karyawan, belum pelaku pemotong sendiri kan harus memberi uang anak istri di rumah,” ungkapnya menjelaskan.
Dengan kondisi tersebut, pedagang merasa dirugikan karena harga melebihi harga eceran tertinggi atau HET yang ditetapkan pemerintah yang kemudian menyebabkan masyarakat enggan untuk membeli daging sapi.
Baca Juga: Mengoptimalkan Potensi Ekonomi dengan Cara Beternak Hewan Kurban
Hal ini yang kemudian menyebabkan pedagang daging sapi di Jabodetabek pun sepakat untuk tidak berdagang selama tiga hari ke depan.
“Kasihan masyarakat kalau kami naikan terlalu tinggi, tidak ada yang beli,” sambung Mufi.
Dirinya juga memprediksi kenaikan tersebut masih akan terjadi sampai bulan Maret atau April dengan harga tertinggi Rp 105.000 per kilogram.
Baca Juga: Di Pasar Tomohon Minahasa Daging Tikus Lebih Laku Dibanding Daging Sapi