Sonora.ID - Joe Biden resmi dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat ke-46 tanggal 20 Januari 2021.
Pelantikan Joe Biden disambut baik oleh pasar terlihat dari indeks saham AS Dow Jones yang mencetak harga tertinggi sepanjang sejarah di 31,188 (+1.90%).
Setelah terpilih menjadi Presiden, Biden bergerak cepat dalam mengeluarkan kebijakan untuk menopang ekonomi AS pada masa pandemi dengan mengeluarkan proposal stimulus jumbo sebesar USD 1.9 triliun.
Selain itu Biden juga sudah menyiapkan kebijakan lainnya dan dianggap cukup menguntungkan Emerging Market termasuk Indonesia.
Baca Juga: Joe Biden Resmi Jadi Presiden AS, Ekonomi Indonesia akan Membaik?
Kebijakan pertama adalah kenaikan Tax Cuts and Jobs Act (TCJA) menjadi 28% dari sebelumnya 21%.
Kenaikan pajak ini dapat membuat investor mencari negara dengan pajak yang lebih murah.
Dampaknya juga EPS growth akan turun ke depan, sehingga ada potensi aliran investasi dari AS ke global market lainnya dan termasuk ke Indonesia.
Kedua, stimulus besar yang dikeluarkan Biden yang dapat membuat tren dolar melemah karena jumlah dolar yang beredar lebih banyak.
Hal ini berdampak positif bagi Indonesia karena rupiah bisa menguat. Selain itu berdampak positif bagi perusahaan yang memiliki utang dengan mata uang dolar dan biaya bahan baku impor.
Selain itu saham-saham emas juga dapat erdampak positif karena pelemahan dolar akan meningkatkan harga emas global. Sehingga menjadi katalis positif bagi saham yang memproduksi emas.
Selain itu juga memberi dampak positif ke ekonomi riil dan pertumbuhan ekonomi global, sehingga berpotensi positif juga untuk harga komoditas pada umumnya.
Baca Juga: Saham ANTM Rebound, Saatnya Beli? Ini Rekomendasi Ellen May Institute
Ketiga, Biden fokus dengan Green Energy. Dampaknya adalah dorongan untuk kendaraan listrik dapat terealisasi.
Sehingga ambisi Indonesia sebagai industri Baterai kendaraan listrik terbesar di dunia dapat berjalan baik.
Terlebih lagi Indonesai saat ini sebagai produsen nikel (bahan baku utama baterai kendaraan listrik) terbesar dengan 29% total produksi dunia.
Baca Juga: Dirjen ILMATE Kemenperin Targetkan Kontribusi Industri Mobil Listrik Mencapai 20 Persen Pada 2025
Saham metals yang memproduksi nikel berpotensi terdorong oleh kebijakan ini. Namun saat ini saham metals sudah memiliki risiko tinggi karena memiliki valuasi yang mahal.
Bagaimana dengan IHSG dan Strategi Paska Dilantiknya Biden?
IHSG pagi ini dibuka menguat 56 poin di level 6490, menguat 0.83%. Kami memproyeksikan hari ini IHSG potensi bergerak mixed area 6350-6500 karena sudah rawan profit taking setelah naik sekitar 36% dari bulan September.
Jadi sebagai investor lebih waspada ya jangan terlalu “jor-joran” karena sudah mulai rawan profit taking.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Transaksi Saham di Sumsel Malah Melonjak