4. Vaginitis
Vaginitis adalah infeksi bakteri atau jamur yang menyebabkan peradangan pada vagina. Gejala lainnya yang mungkin muncul selain nyeri adalah keluarnya cairan berbau dan rasa gatal.
Untuk infeksi bakteri, dokter kemungkinan akan meresepkan antibiotik, sementara untuk infeksi jamur, dokter mungkin akan meresepkan obat antijamur.
Banyak perempuan tidak datang ke dokter dengan gejala vaginitis. Dalam beberapa kasus, mereka baru akan mengetahui kondisi infeksi setelah melakukan pemeriksaan ginekologi rutin.
Baca Juga: 4 Fakta Mengejutkan Soal Mentruasi yang Tak Banyak Wanita Tahu
5. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK bisa menyebabkan lebih dari sekadar rasa sakit ketika buang air kecil, tetapi juga bisa menyebabkan rasa sakit pada vagina atau area panggul.
Jika kamu mengalami ISK ketika berhubungan intim, kamu lebih mungkin mengalami iritasi dan peradangan tambahan.
Baca Juga: Apa Benar Wanita Tetap Bisa Hamil Walaupun Sperma Dikeluarkan di Luar?
6. Alergi kondom, atu Pelumas
Reaksi alergi terhadap kondom lateks, pelumas atau produk lainnya yang digunakan ketika berhubungan intim juga bisa menyebabkan vagina lecet, sekaligus iritasi organ intim di area vulva.
Alergi lateks lebih umum daripada yang kita kira. Untuk mengetahui apakah kamu memiliki alergi terhadap lateks, cobalah berkonsultasi dengan dokter.
7. Infeksi Menular Seksual (IMS)
Nyeri vagina saat berhubungan intim juga mungkin merupakan gejala pertama IMS, seperti klamidia, gonore atau herpes genital.
Jika kamu belum pernah melakukan pemeriksaan, pertimbangkan untuk melakukan screening IMS untuk mencegah kemungkinan infeksi.
Jika pasanganmu juga belum pernah melakukannya, mintalah dia untuk melakukan tes serupa.
Baca Juga: 4 Fakta Mengejutkan Soal Mentruasi yang Tak Banyak Wanita Tahu