Semarang, Sonora.ID - Pernah mendengar tembang Lir-ilir? Tembang yang cukup popular bagi masyarakat Jawa, dengan senandung yang mendayu-dayu manun tersirat nasihat.
Lagu Lir-ilir pada zaman Kerajaan Islam masih berkuasa di tanah Jawa sangat populer dinyanyikan sebagai tembang dolanan di kalangan anak-anak dan masyarakat kala itu.
Tak jarang tembang ini juga dijadikan lantunan seorang ibu yang tengah ‘meninabobokan’ bayinya agar lekas pulas tertidur. Tembang ini diciptakan oleh Raden Said atau Sunan Kalijaga pada awal abad ke 16, sebagai bagian dari media dakwahnya.
Sunan Kalijaga adalah satu-satunya Walisongo yang berdarah Jawa. Ia menyebarkan agama Islam melalui berbagai kesenian, mulai dari wayang, tembang, dan kesenian-kesenian rakyat lainnya.
Baca Juga: Lirik Lagu Sirih Kuning, Lagu Daerah dari Betawi
Berikut lirik tembang Lir-ilir beserta artinya :
Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo, tak senggo temanten anyar
Bocah angon, bocah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno, kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro, kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono, jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane
Yo surako surak iyo
Baca Juga: 4 Rekomendasi Wisata Religi di Demak yang Dapat Anda Kunjungi
Terjemahan Bahasa Indonesia
Bangunlah, bangunlah
Tanaman sudah bersemi
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak gembala, anak gembala panjatlah (pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kau panjatuntuk membasuh pakaianmu
Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung bulan bersinar terang, mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya
Nasihat dalam lagu Lir-Ilir ini adalah bahwa sebagai umat manusia diharapkan bisa bangun dari kesedihan, menguatkan keyakinan, dan berjuang mendapatkan kebahagiaan.
Ada juga yang menyebut bagian awal lagu ini berarti tidak lagi malas, dan mendekatkan diri pada Tuhan.
Baca Juga: Menyantap Hidangan Sate Kerbau Khas Kudus, Jawa Tengah
Kemudian, anak gembala yang memanjat belimbing adalah penggambaran perintah ibadah sembahyang lima waktu dalam agama Islam, yang harus dilakukan sekuat tenaga, meski ada halangan.
Meskipun diibaratkan sebagai pakaian yang berlubang, seseorang diharapkan bisa memperbaiki dirinya untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
Kemudian di akhir lagu ada pesan untuk melakukan hal di atas sebaik-baiknya, selagi masih diberi kesempatan dan kesehatan.
Begitulah nasihat yang terkandung.