Sonora.ID - Abdul Kader Tizini, lulusan S2 teknik mesin di RWTH Aachen Jerman harus menerima nasib kurang baik karena pandemi Covid-19. Meski bergelar magister, pria tersebut ternyata harus ditolak bekerja hingga 800 kali.
Kisah itu berawal ketika dirinya lulus dua bulan sebelum virus corona menyebar di Jerman. Karena pandemi itu, banyak sektor yang membatasi rekruitmen di perusahaan.
Baca Juga: Diduga Covid-19, WNA Asal Jerman di Bali Dizinkan Pulang, Hasil Swab Negatif
Pria asal Suriah itu mengaku telah mengajukan lamaran pekerjaan hingga 800 kali dan melangsungkan wawancara hingga 80 kali. Namun hingga kini, Tizini masih belum juga mendapatkan pekerjaan.
Selain faktor pandemi, Tizini mengaku kesulitan mendapatkan pekerjaan di Jerman juga dikarenakan status kewarganegaraannya. Seperti diketahui, sulit bagi warga negara asing yang ingin bekerja di Jerman.
"Perusahaan berpikir, 'Dengan orang asing kami harus menjelaskan gagasan itu dua kali, dengan orang asli (Jerman) hanya sekali'," ujar Tizini dikutip dari Reuters via Kompas.com, Sabtu (6/2/2021).
Selama pandemi, Jerman juga melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK kepada ribuan karyawan. Kejadian itu juga membuat orang asing seperti Tizini menghadapi persaingan ketat dengan lulusan asli Jerman dan profesional yang menganggur.
Anja Robert, penasihat karir di RWTH Aachen, mengakui bahwa mahasiswa internasional di Jerman merasa lebih sulit untuk mendapatkan pekerjaan daripada penduduk asli Jerman.
Baca Juga: 4 Ancaman Serius Pekerja Kantoran Jika RUU Cipta Kerja Disahkan
Permintaan untuk sesi konseling dari timnya dan dukungan psikologis telah meningkat sejak Maret ketika Jerman melakukan lockdown pertama untuk memerangi pandemi Covid-19.
"Di masa tidak aman seperti itu, orang cenderung ke arah keamanan, mengandalkan keterampilan bahasa, ciri budaya, dan pemahaman yang mapan,” ujar Robert.