Banjarmasin, Sonora.ID – Kalimantan Selatan tak dikenal sebagai daerah penghasil batu bara dan tanah bagi intan.
Budayanya yang kental dan kuat dengan tradisi juga mewariskan berbagai kuliner khas yang menjadi favorit banyak orang, salah satunya kue-kue basah atau yang dalam bahasa Banjar disebut ‘wadai’.
Baik makanan dan wadai khas Banjar identik dengan penggunaan santan dalam proses pengolahannya, selain tentunya cita rasa manis yang kerap muncul.
Dalam tradisi Banjar, kehadiran wadai menjadi yang paling penting dalam tiap kegiatan atau ritual. Jika bunga kerap dikaitkan dengan bunga 7 rupa, wadai khas Banjar pun juga dikaitkan dengan 41 jenis yang berbeda-beda yang hadir dalam acara istimewa.
Baca Juga: Destinasi Wisata Kuliner Legitnya Gethuk Goreng Khas Sokaraja
Mulai dari pernikahan hingga acara istimewa di Kesultanan Banjar yang sudah turun temurun dilakukan.
Salah satu wadai yang dikenal dan jadi favorit masyarakat adalah bingka.
Terbuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu, telur, santan, gula pasir dan garam, adonan bingka dapat dicampur bahan tambahan sebagai perisa sebelum masuk cetakan berbentuk bunga yang sudah dipanaskan dan kemudian dibakar di tungku atau oven.
Seperti tapai (tape) beras, kentang, labu hingga perisa pandan, bisa jadi bahan tambahan untuk menambah cita rasanya yang dikenal legit, manis dan lembut.
Aromanya? Sudah pasti akan menimbulkan rasa tak sabar menikmati tiap potongan.
Baca Juga: Destinasi Wisata Kuliner Tahu Bakso, Oleh-Oleh Khas Kota Ungaran
Cetakan bunga kelopak 6 paling sering digunakan dalam pembuatan wadai yang juga terkenal hingga ke luar daerah. Berbahan besi, hasil bakarannya dinilai pas dan memberikan aroma yang juga khas dan semakin menambah kenikmatan dari tiap gigitan.
Di Banjarmasin, ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan, tak sedikit industri rumahan yang mengolah bingka. Biasanya, beda daerah, beda pula jenis dan karakteristik bingka yang dihadirkan.
Seperti di daerah Gambut, Kabupaten Banjar, bingka dimodifikasi dengan tambahan kelapa muda atau ‘nyiur anum’. Namun pakemnya tetap sama, yakni dibakar dalam cetakan bunga kelopak 6.
Satu loyang bingka biasanya dapat dinikmati 6 orang, karena satu potong saja sudah cukup mengenyangkan.
Baca Juga: Daftar Kuliner Malam di Tengah Gelapnya Kota Bengawan yang Tak Boleh Dilewatkan
Tapi seringkali, satu potong saja tak cukup membuat lidah puas.
Jika dilihat sekilas, bingka khas Banjar memang mirip dengan bingke dari Pontianak yang juga tak kalah terkenal.
Bahkan dari bahan dan cetakan, kemiripan sangat terlihat. Tak heran jika bingka dikenal dan dan memiliki kemiripan di daerah lain yang masuk regional Kalimantan.
Termasuk ke negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Baca Juga: Murah dan Enak, Ini 5 Jajanan Pasar Legendaris yang Ada di Solo
Hal itu sangat memungkinkan karena pengaruh budaya dan Kesultanan Banjar di masa silam yang pernah berjaya dan meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh wilayah di Pulau Kalimantan.
Sehingga pengaruh kuliner khas pun juga tersebar dan memiliki kemiripan yang tentunya juga disesuaikan dengan kearifan lokal masing-masing.
Meski dapat ditemui hampir setiap hari, bingka jadi lebih spesial dan menjadi primadona di bulan Ramadhan, sebagai hidangan untuk berbuka puasa.
Baca Juga: Hangatnya Sajian Kuliner Mie Ongklok Khas Daerah Wonosobo, Jawa Tengah
Rasa manisnya dipercaya dapat mengembalikan energi yang hilang selama berpuasa seharian dan membantu meningkatkan mood untuk semangat menjalankan ibadah puasa.
Tiap bulan Ramadhan, bingka akan jadi menu wajib yang dijual di kios-kios yang menjual wadai khas Banjar, baik yang ada di Pasar Wadai Ramadhan maupun yang dijual secara online di media sosial.
Pembeli tinggal pilih variannya, namun yang paling terkenal adalah bingka kentang dan tapai yang selalu ludes diserbu pembeli sebelum waktu berbuka puasa tiba.
Baca Juga: Wisata Kuliner Nasi Grombyang Khas Pemalang Yang Menggiurkan