Palembang, Sonora.ID - Sepanjang tahun 2020 angka penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan mengalami lonjakan.
Menanggapi hal ini, Wakil Gubernur Sumatra Selatan Mawardi Yahya menyebut salah satu faktor yang menjadi penyebab tingginya angka kemiskinan Sumsel adalah protokol kesehatan yang menghambat aktivitas masyarakat.
“Salah satu faktor yang menyebabkan angka kemiskinan di Sumsel mengalami lonjakan adalah terhambatnya kegiatan ekonomi masyarakat akibat penerapan protokol kesehatan. Apabila ingin kembali meningkatkan perekonomian di Sumsel, masyarakat mesti mulai aktivitas seperti biasa lagi,” ungkap Mawardi, Kamis (18/02) kemarin.
Baca Juga: Ratusan Kelurahan Bebas Narkoba Bakal Dibentuk di Kota Palembang
Mawardi mengatakan, dengan memberikan kebebasan masyarakat dalam beraktivitas merupakan salah satu cara mengembalikan angka kemiskinan agar tidak terpuruk.
“Dengan leluasanya masyarakat beraktivitas, diharapkan ekonomi bisa bangkit. Selain itu, keberadaan vaksin juga akan membantu kita,” katanya.
Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS), kemiskinan di Sumatera Selatan meningkat 12,98 persen pada 2020. Sementara, pada tahun 2019, angka penduduk miskin sebesar 12,56 persen.
Adanya peningkatan jumlah penduduk miskin itu, menempatkan Sumatera Selatan dalam urutan ke 10 provinsi miskin di Indonesia.
Sementara, untuk wilayah Sumatera, Sumatera Selatan berada di urutan ketiga, setelah Aceh di urutan pertama dan Bengkulu urutan kedua
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sumsel Timbul P Silitonga mengatakan kenaikan angka kemiskinan itu setara dengan 52.490 orang yang masuk kategori miskin
“Jadi jumlah penduduk miskin di Sumsel pada periode September 2020 sebanyak 1,11 juta jiwa. Penambahan ini salah satunya karena dampak Covid-19,” pungkasnya.