Solo, Sonora.ID - Solo merupakan salah satu kota paling terkenal di Jawa Tengah. Seluruh warga tahu karena pasti ada keunikan dan daya tarik tersendiri dari kota tersebut.
Sebut saja Keraton Solo, apakah ada keraton dikota lain? Sangat langka jika suatu daerah masih mempertahankan tradisi kerajaan seperti Solo dan Yogyakarta.
Solo merupakan sebutan yang familiar untuk kota tersebut bagi sebagian besar warga. Namun jika kita melihat di peta tidak tertera nama Solo, melainkan Surakarta. Lantas sesungguhnya apa nama sebenarnya dari kota tersebut.
Baca Juga: Serunya Berbelanja Sekaligus Membatik di Kampung Wisata Batik Solo
Perlu membuka kembali catatan sejarah mengenai asal muasal nama kota tersebut, supaya tidak ada kesimpang siuran berpendapat mengenai kebenaran nama kota tersebut.
Dilansir dari Uns.co.id yang berkesempatan mewawancarai Prof. Warto yang merupakan dekan FIB UNS mengenai hal tersebut. Ia mengatakan pada awalnya nama yang benar adalah Sala. Alasannya, karena kota yang berada di tepi Sungai Bengawan Solo ini dulunya merupakan sebuah desa “perdikan” yang bernama Desa Sala.
“Itu nama yang punya sejarah panjang. Jadi, Kota Solo yang sekarang kita kenal itu kan awalnya dari sebuah perpindahan kerajaan dari Kartosuro ke Surakarta pada tahun 1745,” terang Prof. Warto.
Lalu, seiring kedatangan orang-orang Belanda, penyebutan nama Sala yang semula menggunakan huruf “a” berubah menjadi “o” sehingga pelafalannya berubah menjadi Solo.
Prof. Warto yang juga Guru Besar Bidang Ilmu Sejarah UNS ini menjelaskan Desa Sala yang awalnya merupakan desa perdikan berubah menjadi pusat kerajaan dengan berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat.
Pemilihan Desa Sala sebagai lokasi baru keraton didasarkan pada pertimbangan Tumenggung Hanggawangsa, Tumenggung Mangkuyudha, dan J.A.B. van Hohendorff usai Keraton Kartasura hancur akibat Geger Pecinan.
Baca Juga: Tim Cipta Kondisi Giatkan Razia Prokes, Taman di Solo Ikut Digusur
Dalam sejarahnya, Geger Pecinan terjadi akibat pemberontakan pada tahun 1740 yang berhasil menghancurkan Keraton Kartasura. Walaupun Keraton Kartasura berhasil direbut kembali, namun Pakubuwana II yang kala itu masih berkuasa menganggap lokasi keraton sudah kehilangan “kesuciannya” dan berinisiatif memindahkannya ke lokasi yang baru. Dan, terpilihlah Desa Sala sebagai lokasi baru keraton.
“Sala itu sebuah desa yang ditempati untuk Keraton Surakarta Hadiningrat dengan penguasanya Pakubuwana. Apa bedanya Sala dengan Surakarta? Kalau Surakarta adalah nama kerajaan sama dengan Keraton Kartosuro setelah pindah ke Desa Sala,” tambahnya.
Seiring perjalanan waktu, Surakarta yang merupakan nama dari sebuah keraton ditetapkan menjadi nama resmi kota administratif. Sehingga untuk nama resmi, penulisan yang benar adalah Kota Surakarta. Sedangkan, nama Solo atau Sala adalah penyebutan populer atau yang umum di masyarakat. “Perbedaan istilah tidak mengubah substansi, ya tetap sama,” tandas Prof. Warto.