Medan, Sonora.ID - Sekarang ini marak di kalangan remaja istilah Toxic Relationship atau hubungan beracun alias tidak sehat.
Founder Lembaga Karin Kahandira, Meilani Fabiola yang akrab disapa Kak Mei, mengatakan pada dasarnya toxic relationship bisa terjadi pada siapa saja dan di mana saja, baik dalam hubungan pertemanan, pasangan juga keluarga. Baik di lingkungan pekerjaan, sekolah bahkan di dalam rumah tangga.
"Kalau dibiarkan akan berdampak pada jati diri pihak yang menjadi korban toxic relationship. Karakternya menjadi mati karena tidak bisa menjadi diri sendiri, merasa tertekan, yang lebih parahnya lagi bisa berujung pada depresi" ujar Kak Mei pada program acara Sonora Siang yang mengangkat topik “Toxic Relationship Pada Remaja”.
Baca Juga: Harus Segera Diakhiri! Ini 7 Tanda Pasangan Anda Toxic Parah
Selain itu, menurut kak Mei, bahaya bagi remaja ketika tidak bisa menjadi diri sendiri, tidak bisa keluar dari hubungan beracun ini, akan berdampak pada masa depan.
Jika berlanjut dalam hubungan rumah tangga, dan toxic relationship tetap ada, bisa menjadi toxic parent bagi anak-anaknya kelak.
Remaja Lebih Rentan terhadap Toxic Relationship
Dari diskusi dan sharing terhadap kasus-kasus remaja yang ditangani para Duta Genre, para remaja lebih rentan terhadap toxic relationship karena pada umumnya mereka belum matang dalam mengambil keputusan dan emosi.