Korban pertanyaan ‘kapan nikah?’, bisa mengajak diskusi orang yang bertanya tersebut, jika memang orang itu penting di hidupnya, misalnya orang tua atau saudara kandung.
Inez menyarankan adanya obrolan yang formal untuk mengetahui latar belakang dari pertanyaan tersebut, sehingga ada diskusi yang sehat.
“Sebenarnya apa sih yang membuat orang-orang tersebut menginginkan kita punya pasangan, apa pertimbangannya? Jadi diajak ngobrolnya dari situ sih, karena kita supaya bisa memahami kita juga harus dengar dari ‘yang sana’. Walaupun kan ‘hidup-hidup gue’, tapi kalau itu datang dari seseorang yang kita respect dan orangnya penting buat kita, akan lebih enak kalau saling ngerti,” sambungnya.
Baca Juga: Rencana Menikah Muda? Penting, Pertimbangkan 4 Modal Utama Ini
Dengan obrolan terbuka tersebut, kedua pihak diharapkan bisa memaparkan latar belakang dari setiap keinginan mereka.
Anak diharap mampu menjelaskan alasan di balik belum menjadikan menikah sebagai prioritas, dan pihak orang tua juga menjelaskan alasan desakan tersebut.
“Jadi, kalau misalkan enggak ketemu jalan tengahnya, at least bisa saling respect. Ok, memang beda. Hidup-hidup kamu, jadi bisa saling menghargai perbedaan pendapat juga,” tambah Inez.
Baca Juga: 5 Alasan yang Salah untuk Menikah, Ingat Ini Agar Tak Salah Langkah