“Dengan adanya strap atau tali masker yang panjang, membuat masker bisa naik-turun, buka-pakai, tutup-lepas, di mana tindakan ini rawan terkontaminasi dari jari jemari, atau dari kontak dengan leher, baju, jilbab, dan lainnya,” ungkapnya menjelaskan.
Ditambah lagi, pihaknya menyoroti adanya potensi lain dari penularan virus corona akibat penggunaan strap tersebut, yaitu ketika tangan penyentuh sisi luar masker tempat virus menempel.
Kemudian tangan tersebut tidak langsung dicuci atau disemprotkan disinfektan, maka potensi penyebaran virus tersebut bisa meningkat.
Baca Juga: Masih Sering Ditemukan, WHO: Anak di Bawah 5 Tahun Tidak Boleh Pakai Masker!
“Setiap buka masker, pemakai masker seharusnya mencuci tangan dengan disinfektan dan air sabun,” tegasnya.
Ketika menggunakan strap, membuka dan menutup masker menjadi hal yang terkesan mudah, sehingga akan cenderung dilakukan.
Bahkan pihak Dokter Umum kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University menyebutkan bahwa penggunaan strap berisiko menempelnya droplet di area dalam masker pada saat masker tergantung.
Ada pula risiko masker menempel ke pakaian dan terjadi kontaminasi silang. Maka ada baiknya jika masker disimpan di tempat yang aman dan tepat ketika hendak makan atau minum.
Baca Juga: Bahan Masker Organik yang Ampuh Kempeskan dan Hilangkan Jerawat
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com, dengan judul ‘Satgas Covid-19 Tidak Sarankan Penggunaan Strap untuk Masker, Apa Solusinya?’.