CPO Next Renewable Fuel
Saat ini sebagian besar konsumsi CPO untuk digunakan sebagai cooking oil. Kedepannya, komoditas CPO berpotensi menjadi primadona menggantikan oil dan coal sebagai bahan bakar yang lebih ramah lingkungan.
Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia mulai menggeser alokasi yang sebelumnya bergantung pada demand negara lain (ekspor) menuju penciptaan demand domestik dengan B30 dan pengembangan B40.
Kondisi ini akan menguntungkan LSIP dengan terjaganya demand pasar atas CPO, terlebih pada FY20 78,6% pendapatannya berasal dari penjualan CPO.
Baca Juga: Harga CPO Semakin Menguat, Pencapaian DJBC Riau di 2020 Terpenuhi
Harga CPO Masih Akan Atraktif
Badai La Nina diperkirakan masih akan berlanjut hingga Mei 2021. La Nina merupakan fenomena alam dimana intensitas dan durasi curah hujan berada di atas normal. Hal ini akan mengganggu distribusi CPO dan proses panen sawit, sehingga akan berdampak pada kenaikan harga CPO.
Umur Tanaman Sawit Relatif Muda
Saat ini LSIP memiliki 95 ribu hektar tanaman inti (nucleus) dan 31 ribu hektar tanaman plasma, 90% diantaranya telah berada pada usia mature dengan usia rata-rata tanaman yang relatif muda yaitu 16 tahun.
Di samping itu, LSIP merencanakan melakukan replanting tanaman sawit yang telah berusia 23-25 tahun untuk meningkatkan yield dari produk tandan buah segar (TBS) menjadi 15 ton/hektar.