“Jadi kalau masa ragu ini membantu saya untuk saya menjadi lebih teliti, lebih berdaya, itu kan berarti bermanfaat,” sambungnya menjelaskan.
Hingdrana menegaskan bahwa ragu dan galau adalah bentuk dari perasaan atau emosi yang boleh terjadi asalkan bermanfaat.
“Batasnya di situ, bermanfaat atau tidak,” tegas Hing.
Baca Juga: 9 Tanda Hubungan Sudah di Ujung Tanduk, Bertahan atau Berakhir?
Dalam kesempatan yang sama, Hing juga menyarankan agar ketika ragu atau galau ini datang, setiap orang bisa memaknainya sebagai ‘lampu kuning’ daripada ‘lampu merah’.
Artinya adalah orang yang merasa ada keraguan dalam dirinya akan tetap maju dengan hati-hati, dengan kewaspadaan, dan melengkapi diri dengan skill yang dibutuhkan.
Bukan malah berhenti sama sekali, karena apapun yang terjadi dalam kehidupan pernah menjadi hal baru, dan keraguan akan tetap ada jika hal baru itu tidak dilalui.
Baca Juga: 5 Tips Jalin Hubungan Pertemanan dengan Mantan Kekasih, Anti Baper!