Sonora.ID - Ragu atau galau adalah suasana hati seseorang ketika diperhadapkan pada pilihan atau kondisi yang tidak menyenangkan yang membuat bimbang hati.
Rasa galau tersebut tidak hanya berhubungan dengan hubungan asmara, tetapi juga dengan pekerjaan, hubungan pertemanan, dan berbagai aspek dalam hidup.
Licensed Master Trainer of NLP, Hingdranata Nikolay menyebutkan bahwa galau atau ragu ini adalah hal yang biasa dan boleh-boleh saja dirasakan.
Baca Juga: Master Trainer Hingdranata: Keraguan Justru Muncul karena Masa Lalu
“Kita lihatnya bukan benar atau salah, tetapi bermanfaat atau tidak. Misalnya kalau rasa ragu membuat tindakan-tindakan saya lari dari apa yang saya mau, nah itu berarti sudah tidak bermanfaat,” jelas Hing dalam program Smart NLP di Radio Smart FM.
Di sisi lain, galau menjadi hal yang bermanfaat ketika dihadapi dengan pikiran yang positif, keinginan untuk menambah skill, atau lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, maka galau itu dinyatakan baik dan bermanfaat.
Baca Juga: Cara Mudah Mengelola Arus Keuangan dengan Benar Menurut Pakar
“Jadi kalau masa ragu ini membantu saya untuk saya menjadi lebih teliti, lebih berdaya, itu kan berarti bermanfaat,” sambungnya menjelaskan.
Hingdrana menegaskan bahwa ragu dan galau adalah bentuk dari perasaan atau emosi yang boleh terjadi asalkan bermanfaat.
“Batasnya di situ, bermanfaat atau tidak,” tegas Hing.
Baca Juga: 9 Tanda Hubungan Sudah di Ujung Tanduk, Bertahan atau Berakhir?
Dalam kesempatan yang sama, Hing juga menyarankan agar ketika ragu atau galau ini datang, setiap orang bisa memaknainya sebagai ‘lampu kuning’ daripada ‘lampu merah’.
Artinya adalah orang yang merasa ada keraguan dalam dirinya akan tetap maju dengan hati-hati, dengan kewaspadaan, dan melengkapi diri dengan skill yang dibutuhkan.
Bukan malah berhenti sama sekali, karena apapun yang terjadi dalam kehidupan pernah menjadi hal baru, dan keraguan akan tetap ada jika hal baru itu tidak dilalui.
Baca Juga: 5 Tips Jalin Hubungan Pertemanan dengan Mantan Kekasih, Anti Baper!