Sonora.ID - Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF), Abra El Talattov menilai, kebijakan stimulus diskon Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) Mobil 2.500 cc tidak menjamin masyarakat kelas menengah ke atas untuk berbelanja.
Sebagaimana diketahui, Pemerintah akan membuka peluang untuk memperluas pemberian insentif penurunan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk mobil berkapasitas isi silinder sebesar 2.500 cc.
“Pertimbangan Pemerintah memberikan insentif untuk kelas menengah atas ini tidak lepas dari struktur pertumbuhan konsumsi rumah tangga kita, yang 80 persen disumbang oleh konsumsi kelas menengah atas. Namun catatan kami, belum tentu menjadi jaminan bahwa kelas menegah atas akan mau membeli,” tutur Abra melalui keterangannya di Jakarta.
Baca Juga: INDEF Sebut Relaksasi PPnBM Tidak Efektif Ditengah Tingginya Kasus Aktif Covid-19
Menurut Abra, dampak pandemi Covid-19 menjadi pertimbangan mereka selama ini menahan diri untuk belanja, terlebih dengan adanya pembatasan kegiatan di masyarakat.
“Jadi walaupun ada insentif tidak menjamin mereka akan mau membeli disaat ini, karena toh juga barangnya mungkin tidak urgen untuk dibeli” ucapnya.
Selain itu, lanjut Abra, stimulus ini juga berpotensi menghilangkan penerimaan pajak pemerintah. Akibatnya akan berdampak pada pelebaran defisit APBN.
Baca Juga: Tak Lagi Kawal Mobil Mewah hingga Moge, Ini Daftar Kendaraan yang Boleh Dikawal Polisi
Oleh karena itu, kata Abra, pemerintah harus cermat memutuskan kebijakan ini.
“Diskon kendaraan di bawah 1.500 cc saja pemerintah sendiri mengkalkulasi ada potensi kehilangan pajak sekitar 2,3 triliun, kalo ditambah dengan diskon terhadap kendaraan 2.500 cc artinya ini jugakan akan berdampak terhadap potensial lose penerimaan pajak,” ucapnya.
Baca Juga: Subsidi Listrik Kembali Diperpanjang Hingga Juni 2021