Sonora.ID - Indonesia memiliki target 23% Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam bauran energi. Hal ini ditegaskan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
Salah satu EBT yang menjanjikan adalah pellet kayu (wood pellet) dan serpih kayu (wood chips).
Asisten Deputi Bidang Pengelolaan Produk Kehutanan dan Jasa Lingkungan Kementrian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Farianna Prabandari dalam kunjungan lapangan bersama perwakilan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Kementerian Lingkungan Hidup dan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) ke fasilitas PT.Jhonlin Agro Mandiri, Tanah Bumbu, dan pabrik wood pellet hibah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan KOICA, Banjar, Kalimantan Selatan, Kamis (18/03/2021).
Baca Juga: PLN Suplai Listrik SPKLU Swasta untuk Ekosistem Kendaraan Listrik
Dalam kunjungan tersebut, Farianna mengatakan bahwa wood pellet memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan daripada batu bara.
“Kombinasi wood pellet dan batubara menjadi alternatif untuk efisiensi bahan bakar PLTU, dengan co-firing wood pellet atau wood chips," kata Farianna Prabandari.
Meningkatnya permintaan wood pellet ini terlihat di beberapa negara tujuan ekspor seperti Jepang dan Republik Korea.
Meskipun Jepang dan Republik Korea adalah dua pasar Asia yang paling terkenal dan paling cepat berkembang untuk industri wood pellet, negara-negara Asia lainnya - terutama Taiwan yang sangat bergantung pada listrik bertenaga batu bara bisa menjadi peluang yang harus dieksplorasi pengusaha khususnya pada industry kehutanan di Indonesia.
Baca Juga: Konsisten Kembangkan Energi Bersih, PLN Raih REM™️ Asia Awards 2021